Pariwisata

6 Fakta Menarik Gunung Pyoyin Razi di Myanmar, Salah Satu Titik Tertinggi Asia Tenggara

13
×

6 Fakta Menarik Gunung Pyoyin Razi di Myanmar, Salah Satu Titik Tertinggi Asia Tenggara

Share this article
6 Fakta Menarik Gunung Pyoyin Razi di Myanmar, Salah Satu Titik Tertinggi Asia Tenggara
6 Fakta Menarik Gunung Pyoyin Razi di Myanmar, Salah Satu Titik Tertinggi Asia Tenggara

NewsRepublik.com, Pariwisata – Gunung Pyoyin Razi merupakan salah satu puncak tertinggi yang dimiliki Myanmar, sebelumnya dikenal sebagai Burma. Dengan ketinggian mencapai 4.282 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini masuk dalam deretan gunung tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Lokasinya berada di Negara Bagian Kachin, wilayah utara Myanmar, tepatnya di sub-rangkaian Pegunungan Himalaya Raya yang berbatasan langsung dengan India. Mengutip laman Trekking Myanmar, Pyoyin Razi dikenal sebagai jalur pendakian yang menawarkan panorama memukau—memadukan nuansa tropis hingga lanskap ala pegunungan Alpen.

Meskipun jalur ini tidak mengharuskan keahlian mendaki secara teknis maupun perlengkapan khusus, para pendaki tetap disarankan untuk mempersiapkan kondisi fisik dengan matang. Hal ini penting mengingat rute yang ditempuh cukup menantang. Berbagai jasa operator tur tersedia untuk membantu kelancaran perjalanan menuju puncak.

Tak hanya sekadar tinggi dan lokasinya yang eksotis, Pyoyin Razi juga menyimpan sejumlah hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik mengenai Gunung Pyoyin Razi.

1. Pendakian Dimulai dari Kota Putao

Petualangan menuju puncak Pyoyin Razi diawali dengan penerbangan menuju Putao, kota terakhir di wilayah utara Myanmar yang menjadi gerbang utama bagi para pendaki. Dari Putao, perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan menuju kawasan Shangaung Atas, sebelum akhirnya memulai pendakian dari Desa Terakhir menuju Ziadum.


2. Melewati Desa Suku Lis2. Menyusuri Permukiman Suku Lisu yang Terpencil

Jalur pendakian dari Desa Terakhir bahkan sempat masuk nominasi “50 Pendakian Terbaik Sepanjang Masa” versi National Geographic. Di fase awal yang kerap disebut sebagai “pendakian pemanasan”, para petualang akan melintasi desa-desa terpencil milik suku Lisu dan Rawang.

Di sepanjang perjalanan, pendaki akan disuguhi pemandangan hutan tropis yang lebat dan memesona. Salah satu daya tarik utama di jalur ini adalah keberadaan kawanan siamang dan monyet langur yang kerap terlihat dan terdengar di sekitar jalur pendakian.

3. Melewati Jembatan Gantung di Tengah Pegunungan Himalaya

Setelah tiba di Ziadum, medan pendakian memasuki kawasan alam liar yang luar biasa indah. Salah satu tantangan sekaligus pengalaman tak terlupakan adalah menyeberangi jembatan gantung dengan latar Pegunungan Himalaya yang diselimuti salju.

Vegetasi di sepanjang jalur pun berubah drastis, dari hutan tropis sedang menjadi hutan berkabut dan belantara bambu dataran tinggi, hingga akhirnya memasuki kawasan hutan pinus khas pegunungan Alpen.

Jika beruntung, pendaki bisa menyaksikan langsung berbagai satwa liar seperti primata, rusa, rubah, hingga Thakin. Seluruh perjalanan ini pada dasarnya merupakan ekspedisi berkemah di alam terbuka dengan pemandangan yang mengesankan.


4. Menginap di Rumah Warga Desa Setempat

Pada hari-hari awal ekspedisi, para pendaki akan bermalam di rumah-rumah penduduk lokal yang tersebar di desa-desa sepanjang jalur. Akomodasi berupa asrama sederhana tersedia untuk menginap, namun bagi yang ingin pengalaman lebih dekat dengan alam, tidur di dalam tenda juga menjadi pilihan.

Menariknya, di sejumlah titik sepanjang jalur pendakian tersedia tempat berteduh beratap, sehingga tidak selalu diperlukan pendirian tenda. Hanya pada malam terakhir sebelum menuju puncak, pendaki diwajibkan bermalam di tenda.

Meski tidak memerlukan keterampilan teknis mendaki atau peralatan khusus, peserta tetap dituntut dalam kondisi fisik yang prima. Tidak ada jalur ekstrem seperti panjat tebing, namun stamina tetap menjadi faktor utama. Sebelum keberangkatan, peserta akan menerima daftar barang bawaan yang direkomendasikan sebagai bagian dari persiapan perjalanan.

5. Durasi Pendakian Hampir Dua Pekan

Ekspedisi menuju puncak Gunung Pyoyin Razi memakan waktu yang cukup panjang, yakni hingga 13 hari. Durasi ini disesuaikan dengan konsep perjalanan yang dikemas dalam format ekspedisi, bukan sekadar pendakian biasa.

Meski cukup panjang dan menantang, seluruh rangkaian perjalanan akan sebanding dengan pengalaman yang ditawarkan. Alam liar yang belum banyak tersentuh manusia, udara sejuk pegunungan, serta pemandangan spektakuler menjadi hadiah tersendiri bagi setiap pendaki yang berhasil menuntaskan perjalanan.


6. Disarankan Menggunakan Jasa Tur Operator

Dalam satu rangkaian ekspedisi pendakian, bukan hanya Gunung Pyoyin Razi yang menawarkan panorama menakjubkan. Pendaki juga akan diajak menaklukkan tanjakan dramatis menuju Gunung Shaungaung, yang menjadi bagian dari jalur pulang dan biasanya ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam menjelang akhir perjalanan.

Rute pendakian secara keseluruhan memiliki kontur yang berkelok, dengan variasi medan naik-turun hingga mendekati puncak, di mana jalur setapak menanjak cukup tajam. Dalam itinerary harian, pendaki dijadwalkan menempuh perjalanan selama 5 hingga 7 jam per hari, melintasi desa-desa lokal dan bentang alam Myanmar yang masih alami dan asri.

Meski belum sepopuler jalur Annapurna atau Everest Base Camp (EBC) di kawasan Himalaya Nepal, pendakian ke Pyoyin Razi tetap menawarkan pengalaman yang tak kalah berkesan. Karena minimnya infrastruktur dan kompleksitas perjalanan, sangat disarankan untuk menggunakan jasa operator tur profesional. Mereka akan mengatur seluruh kebutuhan pendakian, mulai dari porter pembawa barang, akomodasi di rumah warga, hingga konsumsi harian selama ekspedisi berlangsung.