Sejarah

18 Agustus 1964: Apartheid Bikin Afrika Selatan Dicoret dari Olimpiade Tokyo

32
×

18 Agustus 1964: Apartheid Bikin Afrika Selatan Dicoret dari Olimpiade Tokyo

Share this article
18 Agustus 1964: Apartheid Bikin Afrika Selatan Dicoret dari Olimpiade Tokyo
Ilustrasi logo Olimpiade. (Photo by Kyle Dias on Unsplash)

NewsRepublik.com, SejarahAfrika Selatan resmi dicoret dari daftar peserta Olimpiade ke-18 di Tokyo, Jepang, akibat menolak menghapus kebijakan apartheid. Apartheid merupakan sistem politik dan sosial yang memisahkan warga berdasarkan warna kulit.

Keputusan itu diumumkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Lausanne, Swiss, setelah Afrika Selatan tak memenuhi tenggat ultimatum hingga 16 Agustus 1964.

Sebelumnya, IOC sudah lebih dulu menarik undangan Afrika Selatan pada ajang Olimpiade Musim Dingin di Innsbruck, Austria.

IOC menegaskan syaratnya jelas: partisipasi hanya dimungkinkan bila Afrika Selatan secara terbuka menolak diskriminasi rasial dalam olahraga serta menghapus larangan kompetisi antara atlet kulit putih dan kulit hitam di dalam negeri, dilansir dari BBC, Senin (18/8/2025).


Ultimatum IOC Tak Digubris Afrika Selatan

Ilustrasi hukum adat. (Image by redgreystock on Freepik)
Ilustrasi hukum adat. (Image by redgreystock on Freepik)

Pada 26 Juni, IOC memberikan kesempatan terakhir selama 50 hari. Mereka menegaskan bahwa hanya pernyataan terbuka di surat kabar maupun radio yang mengecam diskriminasi rasial dapat diterima.

Namun, langkah yang ditempuh Afrika Selatan tidak memenuhi ketentuan tersebut.

Pemerintah memang sempat mengumumkan rencana menyertakan tujuh atlet non-kulit putih dalam skuad berjumlah 62 orang, tetapi IOC menilai kebijakan itu masih belum memadai.

Bahkan, Asosiasi Atletik Amatir Afrika Selatan memilih mundur dari sebuah kejuaraan di Inggris sebagai bentuk protes. Mereka menuding IOC telah mencampurkan politik dengan olahraga.

Kala itu, Sekretaris IOC Otto Meyer menyatakan dirinya tidak percaya Afrika Selatan akan mengubah sikapnya.

Penolakan untuk mengecam apartheid juga memicu reaksi di ajang lain. Pada turnamen tenis Wimbledon di London, akhir Juni 1964, sejumlah pemain memilih mundur daripada harus bertanding melawan atlet asal Afrika Selatan.


Dampak Panjang Larangan Afrika Selatan

Ilustrasi atlet Olimpiade perempuan mengatur menstruasi mereka/unsplash Nicolas
Ilustrasi atlet Olimpiade perempuan mengatur menstruasi mereka/unsplash Nicolas

Sanksi larangan ini menjadi titik awal isolasi panjang Afrika Selatan dalam arena olahraga internasional.

Negara tersebut tidak diperbolehkan kembali tampil di Olimpiade hingga 1992, setelah seluruh aturan apartheid resmi dihapus setahun sebelumnya.

Selain itu, pada Oktober 1964, FIFA juga menjatuhkan skorsing tanpa batas waktu kepada Afrika Selatan. Kebijakan apartheid memicu sanksi perdagangan, serta larangan tur olahraga kriket dan rugby sepanjang dekade 1970-an hingga 1980-an.

Pada 1990, tim kriket “rebel” yang dipimpin mantan kapten Inggris, Mike Gatting, sempat melakukan tur ke Afrika Selatan. Namun, tur tersebut langsung mendapat gelombang protes besar dan akhirnya terhenti lebih cepat. Gatting sendiri dikenai larangan bermain selama lima tahun di level uji coba internasional.

Sementara itu, Olimpiade Tokyo 1964 tetap menghadirkan sejumlah momen bersejarah. Kontingen Inggris mencatat hasil terbaik sejak 1908, termasuk emas pertama di nomor atletik putri melalui Mary Rand yang juga memecahkan rekor dunia lompat jauh.

Dari Afrika, pelari legendaris Ethiopia Abebe Bikila berhasil mempertahankan gelar maraton Olimpiade, hanya enam minggu setelah menjalani operasi usus buntu.