NewsRepublik.com, Pariwisata – Balai Taman Nasional Gunung Merbabu mengumumkan penutupan sementara sejumlah jalur pendakian selama bulan Agustus 2025. Informasi ini disampaikan melalui akun resmi media sosial mereka pada Minggu (17/7/2025). Penutupan dilakukan dalam rangka kegiatan trail run serta pemeliharaan jalur pendakian.
“Demi menjaga kenyamanan dan keselamatan pengunjung jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu, disampaikan beberapa hal,” demikian keterangan pihak pengelola.
Adapun dua jalur yang ditutup sementara adalah sebagai berikut:
-
Jalur pendakian Selo ditutup pada 2–3 Agustus 2025.
-
Jalur pendakian Thekelan ditutup sepanjang 1–31 Agustus 2025.
Sementara itu, jalur pendakian Suwanting akan dibuka kembali pada 3 Agustus 2025 dengan kuota terbatas sebanyak 138 orang pendaki. Pengunjung yang hendak melakukan pendakian diwajibkan melakukan online booking melalui situs resmi di tngunungmerbabu.org.
Sebelumnya, Taman Nasional Gunung Merbabu sempat menjadi perbincangan publik setelah beredar video yang menunjukkan seorang pendaki diusir usai mendirikan tenda di kawasan wisata tersebut. Dalam video yang diunggah akun Instagram @friendsadventure17 pada 1 Juni 2025, narasi menyebutkan bahwa pendaki itu diusir oleh kelompok pendaki lain yang mengikuti paket open trip.
Ramai Isu Booking Lahan di Gunung Merbabu

Menanggapi viralnya video seorang pendaki yang diduga “diusir” karena masalah booking lahan kemah, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu memberikan klarifikasi tegas. Melalui unggahan di akun Instagram resmi, pihak taman nasional menekankan bahwa setiap pendaki memiliki hak yang setara dalam menikmati alam dan mendirikan tenda.
Pihak pengelola menyebut, mereka semakin sering menerima laporan pendaki mandiri yang merasa terusir dari area perkemahan akibat praktik pematokan lahan oleh penyelenggara open trip yang tiba lebih dulu dan mengklaim lokasi tertentu. Beberapa di antaranya bahkan tidak menyisakan ruang untuk pendaki lain.
Menurut pihak Balai, isu ini bukan hanya perkara tempat kemah dan tenda, melainkan menyangkut etika, keadilan akses, serta ruang hidup satwa liar. Mereka menegaskan pentingnya tanggung jawab kolektif dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Open trip diperbolehkan, tapi jangan sampai mengesampingkan hak pendaki lain, satwa liar, maupun kehidupan alami lainnya. Pendakian sejatinya bukan soal dominasi, tapi kewajiban, hak, dan berbagi,” tulis pengelola dalam unggahannya.
“Silakan teman-teman cermati tanggapan kami—ini menyangkut etika yang dilanggar dan potensi risiko yang bisa muncul jika praktik seperti ini terus dibiarkan,” tutup pernyataan tersebut.
Gunung Bukan Tempat Bertindak Semena-Mena, Tetap Ada Aturan dan Batasan

Pihak Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menegaskan bahwa meskipun terbuka untuk umum, kawasan gunung bukanlah ruang bebas tanpa aturan. Pengelola menekankan bahwa sebagian besar jalur pendakian berada dalam kawasan konservasi dan hutan lindung, sehingga pengelolaannya berada di bawah tanggung jawab negara dan harus menjunjung prinsip keberlanjutan, keselamatan, serta keadilan akses.
“Gunung bukan tempat untuk berlaku seenaknya. Ada aturan dan batasan yang harus dihormati,” tulis pengelola dalam unggahan resmi mereka.
Penegasan tersebut diperkuat dengan landasan hukum yang mengatur pengelolaan kawasan konservasi. Di antaranya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU Nomor 19 Tahun 2004 yang merupakan perubahan atas UU Kehutanan, UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta UU Nomor 32 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
“Ketika kita mendaki, kita berada di ruang publik yang dilindungi hukum. Kita bukan hanya tamu di alam, tetapi juga penjaganya,” tegas pihak Balai.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, pihak Taman Nasional Gunung Merbabu menyatakan akan mengirimkan tim patroli guna memantau perilaku pendaki yang dinilai melanggar ketentuan.
Pendaki Hilang di Gunung Merbabu Ditemukan Meninggal
Insiden duka kembali terjadi di Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Seorang pendaki bernama Sugeng Parwoto yang sebelumnya dilaporkan hilang, akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada Kamis, 24 April 2025. Proses evakuasi jenazah dilakukan pada Jumat pagi, 25 April 2025, dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Jenazah Sugeng ditemukan di jurang yang berada di antara Pos 3 dan Pos 4 jalur pendakian. Menanggapi kabar tersebut, Bupati Temanggung, Agus Setyawan, mengajak masyarakat untuk mendoakan almarhum Sugeng, yang diketahui merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
“Mari kita semua panjatkan doa untuk almarhum Pak Sugeng Parwoto, yang sebelumnya sempat dilaporkan hilang saat melakukan pendakian di Gunung Merbabu. Beliau telah ditemukan, namun dalam keadaan meninggal dunia,” ujar Agus saat menghadiri silaturahmi Forum OSIS Kabupaten Temanggung (FOT) pada Jumat sore, seperti dikutip dari Antara.
Sugeng diketahui memulai pendakian pada Jumat, 18 April 2025, melalui jalur Blok Timboa, Dusun Margomulyo, Desa Ngadirojo, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali. Almarhum memiliki ciri-ciri bertubuh kurus, berjenggot, berkulit sawo matang, terakhir terlihat mengenakan baju abu-abu, celana biru dongker, topi putih, serta jaket hitam.