NewsRepublik.com, Sejarah – Swiss digemparkan oleh tragedi berdarah ketika seorang pria bersenjata menyerang gedung parlemen kanton Zug, Swiss tengah, dan menewaskan sedikitnya 14 orang sebelum mengakhiri hidupnya. Insiden yang terjadi pada Kamis pagi itu tercatat sebagai pembunuhan massal paling mematikan dalam sejarah negeri tersebut.
Selain korban meninggal, sepuluh orang lainnya mengalami luka, delapan di antaranya dalam kondisi kritis, sebagaimana dilaporkan BBC, Sabtu (27/9/2025).
Pelaku bernama Friedrich Leibacher (57) masuk ke dalam gedung sekitar pukul 10.30 waktu setempat dengan menyamar menggunakan seragam polisi palsu. Ia membawa senapan serbu, beberapa pistol, serta granat. Menurut otoritas setempat, aksi brutal ini dipicu oleh perselisihan pribadi yang telah lama berlangsung antara pelaku dan sejumlah pejabat daerah.
Setibanya di ruang sidang yang sedang berlangsung, Leibacher langsung melontarkan sumpah serapah sebelum melepaskan tembakan secara membabi buta.
“Pria itu berjalan mondar-mandir di lantai sambil menembaki orang-orang,” kata seorang jurnalis yang kala itu sedang meliput jalannya sidang.
Kesaksian lain datang dari seorang saksi mata: “Saya berada tepat di luar pintu ruang sidang ketika dia masuk membawa senapan, beberapa pistol, dan sesuatu yang tampak seperti granat tangan. Ia menembaki ke segala arah selama beberapa menit. Benar-benar mengerikan.”
Hari Kemarahan di Zug
Setelah melancarkan tembakan membabi buta, pelaku dilaporkan meledakkan sebuah bom sebelum akhirnya menembak dirinya sendiri. Saat aparat kepolisian tiba di lokasi sekitar sepuluh menit kemudian, Friedrich Leibacher sudah ditemukan tak bernyawa.
Dalam sebuah catatan yang ditinggalkan, Leibacher menyebut aksinya sebagai “Hari Kemarahan bagi Mafia Zug.” Ia diketahui sejak lama terlibat perselisihan dengan seorang sopir bus serta pejabat transportasi lokal. Konflik tersebut berlangsung selama hampir dua tahun dan diyakini menjadi pemicu utama tindakannya.
Guncangan Nasional
Peristiwa penembakan massal di Zug segera memicu keprihatinan mendalam sekaligus menimbulkan perdebatan serius mengenai keamanan para pejabat publik di Swiss. Presiden Swiss saat itu, Moritz Leuenberger, menyampaikan rasa duka yang mendalam sekaligus kegelisahan atas tragedi tersebut.
“Saya sangat terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Demokrasi dan kebebasan kita kini dipertanyakan,” ujarnya.
Serangan mematikan ini menjadi salah satu babak paling kelam dalam sejarah modern Swiss—sebuah negara yang selama ini identik dengan netralitas, stabilitas, serta citra sebagai salah satu tempat teraman di dunia.