NewsRepublik.com, Sejarah – Tepat 44 tahun silam, Iran diguncang oleh salah satu serangan teror paling berdarah dalam sejarahnya. Pada malam 28 Juni 1981, sebuah ledakan dahsyat mengguncang markas Partai Republik Islam (Islamic Republican Party/IRP) di kawasan Sarcheshmeh, jantung ibu kota Teheran.
73 Tokoh Tewas
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3526801/original/027281600_1627706373-945px-Flag_of_Iran.svg.jpg)
Aksi teror yang dikenal sebagai Tragedi Hafte Tir – merujuk pada tanggal ke-7 bulan Tir dalam kalender Iran – merenggut nyawa 73 tokoh penting negara, termasuk ulama dan pemimpin revolusioner Ayatollah Seyyed Mohammad Beheshti.
Ledakan itu terjadi saat para petinggi IRP menggelar pertemuan mingguan di kantor pusat partai mereka di kawasan Sarcheshmeh, Teheran. Serangan brutal ini dirancang dan dijalankan oleh kelompok oposisi bersenjata Mojahedin-e Khalq (MKO), yang pada era pasca-revolusi gencar melancarkan aksi sabotase dan teror terhadap fondasi Republik Islam.
Ayatollah Beheshti, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kehakiman, anggota Dewan Revolusi Islam, sekaligus tokoh sentral dalam perumusan Konstitusi Iran, gugur dalam peristiwa nahas tersebut. Bersama beliau, empat menteri kabinet, sejumlah wakil menteri, 27 anggota parlemen, serta puluhan tokoh IRP lainnya turut menjadi korban.
Empat menteri yang turut tewas antara lain:
-
Hassan Abbaspour (Menteri Energi),
-
Mohammad Ali Fayazbakhsh (Menteri Kesejahteraan),
-
Musa Kalantari (Menteri Jalan dan Transportasi),
-
Mahmoud Qandi (Menteri Telekomunikasi).
Korban lainnya termasuk Mohammad Montazeri, Mohammad Ali Heydari, Seyyed Reza Paknejad, Gholamhossein Haqqani, dan Abdol Hamid Dayalmeh — semuanya dikenal sebagai tokoh berpengaruh dalam gerakan Revolusi Islam.
Setidaknya 28 orang lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut.
Sejumlah tokoh penting Iran dilaporkan selamat karena secara kebetulan tidak berada di lokasi saat kejadian atau telah meninggalkan gedung beberapa menit sebelumnya. Mereka di antaranya adalah Akbar Hashemi Rafsanjani, Mohammad-Javad Bahonar, Mohammad-Ali Rajai, dan Behzad Nabavi.
Tragedi Hafte Tir menjadi catatan kelam yang tak terhapus dalam perjalanan Republik Islam Iran, sekaligus memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas politik pada masa transisi usai revolusi. Aksi ini memicu gelombang kemarahan publik dan mempertebal tekad pemerintahan baru dalam memerangi terorisme domestik.