NewsRepublik.com, Sejarah – Yerusalem diguncang serangan bom bunuh diri pada Kamis, 4 September 1997. Sedikitnya delapan orang tewas dan lebih dari 150 lainnya mengalami luka setelah tiga pelaku meledakkan bom paku di kawasan pejalan kaki yang ramai sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Para pelaku turut tewas dalam ledakan beruntun tersebut.
Kelompok militan Palestina, Hamas, mengklaim bertanggung jawab atas aksi ini. Ledakan terjadi hanya berselang satu menit, diduga dirancang untuk menimbulkan jumlah korban sipil sebanyak mungkin, sebagaimana dilaporkan BBC, Kamis (4/8/2025).
Seorang penyintas menggambarkan kepanikan yang terjadi sesaat setelah ledakan.
“Aku mendengar temanku menjerit lalu ada ledakan lagi, aku melihat darah di mana-mana,” ujarnya.
Pemerintah Palestina langsung mengecam keras pengeboman tersebut. Sekretaris Kabinet Otoritas Palestina, Amin Abdul Rahman, menegaskan aksi ini sebagai kejahatan terhadap rakyat sipil.
Namun, pemerintah Israel menuding Palestina tidak bertindak tegas menindak kelompok-kelompok bersenjata.
“Ketika kami melihat mereka begitu lamban dalam mengatasi isu teror, maka saya rasa kami berhak menunjuk jari ke arah mereka,” kata juru bicara pemerintah Israel kepada BBC.
Serangan ini terjadi hanya lima minggu setelah bom bunuh diri di Pasar Mahane Yehuda. Dengan situasi perdamaian yang rapuh, insiden tersebut semakin menempatkan proses perundingan Israel-Palestina di ujung tanduk.
Ledakan juga disebut-sebut ditujukan untuk menggagalkan misi perdamaian Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Madeleine Albright, yang dijadwalkan tiba pekan berikutnya. Namun, kepastian agenda tersebut masih belum jelas saat itu.
Sehari kemudian, jumlah korban tewas dipastikan tujuh orang, sementara korban luka bertambah menjadi lebih dari 170 orang. Insiden ini dinilai sebagai salah satu eskalasi paling serius dalam konflik berkepanjangan Israel-Palestina.
Dua hari berselang, Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu mengumumkan penghentian komitmen terhadap kesepakatan damai dan menangguhkan rencana penarikan pasukan dari Tepi Barat.
Meski Madeleine Albright akhirnya tetap melanjutkan kunjungannya, upaya diplomatik yang ditempuh tidak menghasilkan kemajuan berarti. Pada Januari 1999, koalisi sayap kanan pimpinan Netanyahu runtuh, hingga akhirnya pada Mei 1999, pemimpin Partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri baru Israel.












