Sejarah

7 Juli 2005: Teror Bom Guncang London, 30 Orang Tewas, Transportasi Lumpuh Total

19
×

7 Juli 2005: Teror Bom Guncang London, 30 Orang Tewas, Transportasi Lumpuh Total

Share this article
7 Juli 2005: Teror Bom Guncang London, 30 Orang Tewas, Transportasi Lumpuh Total
Ilustrasi Ledakan.

NewsRepublik.com, Sejarah – Ibu Kota Inggris diguncang serangkaian serangan bom mematikan yang melumpuhkan jaringan transportasi dan menewaskan sedikitnya 30 orang. Ledakan yang terjadi pada Kamis pagi, 7 Juli 2005, juga melukai sekitar 700 orang lainnya, menorehkan duka mendalam bagi negeri Ratu Elizabeth.

Tiga ledakan pertama terjadi hampir serentak pada pukul 08.50 waktu setempat, menghantam jaringan kereta bawah tanah (Underground) di tiga titik: dekat Stasiun Liverpool Street, Edgware Road, serta di jalur antara King’s Cross dan Russell Square. Sekitar satu jam kemudian, sebuah bom meledak di dalam bus tingkat nomor 30 yang tengah melintas di Tavistock Square, hanya beberapa blok dari King’s Cross.

Korban tewas terbanyak ditemukan di kereta bawah tanah. Menurut data yang dirilis BBC, sedikitnya 35 orang meninggal dunia di Underground, sementara dua lainnya tewas dalam ledakan bus tingkat.

Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Jack Straw, menyebut bahwa pola serangan memiliki “ciri khas aksi yang terkait jaringan al-Qaeda.” Dugaan ini diperkuat oleh kemiripan metode serangan dengan aksi teror global yang terjadi pasca 11 September 2001.

Perdana Menteri Tony Blair yang kala itu tengah menghadiri pertemuan puncak G8 di Gleneagles, Skotlandia, segera kembali ke London dan mengeluarkan pernyataan resmi yang disiarkan langsung dari Downing Street.

“Mereka mencoba menyebar ketakutan melalui pembantaian warga sipil yang tak berdosa. Namun kami tidak akan pernah membiarkan terorisme mengubah cara hidup kami,” tegas Blair dalam pernyataan emosionalnya.

Tragedi ini tidak hanya melumpuhkan jaringan transportasi ibu kota, tetapi juga mengguncang rasa aman masyarakat. Namun demikian, ketabahan dan solidaritas warga London menjadi sorotan dunia—menunjukkan bahwa semangat kebersamaan tak mudah digoyahkan oleh aksi teror.