Advertisement
Sejarah

30 Juni 1934: Pembersihan Berdarah yang Mengantarkan Hitler Jadi Penguasa Tunggal Jerman

6
×

30 Juni 1934: Pembersihan Berdarah yang Mengantarkan Hitler Jadi Penguasa Tunggal Jerman

Share this article
30 Juni 1934: Pembersihan Berdarah yang Mengantarkan Hitler Jadi Penguasa Tunggal Jerman
Potret Adolf Hitler (Sumber: wikipedia)

NewsRepublik.com, Sejarah – Tanggal 30 Juni 1934 menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah Jerman, ketika Adolf Hitler melakukan pembersihan brutal terhadap para pesaing politiknya, termasuk salah satu sekutu dekatnya sekaligus pemimpin paramiliter SA, Ernst Röhm.

Peristiwa ini dikenal dengan nama Night of the Long Knives atau “Malam Pisau Panjang”.

Dilansir dari laman Britannica, Senin (30/6/2025), dalam operasi rahasia yang dirancang secara sistematis, Hitler memerintahkan pasukan elite SS (Schutzstaffel) yang dipimpin Heinrich Himmler untuk mengeksekusi para petinggi Sturmabteilung (SA), pasukan paramiliter Brownshirts yang sebelumnya turut membantunya meraih kekuasaan.

Dalih yang digunakan untuk membenarkan aksi tersebut adalah tuduhan bahwa Röhm tengah merencanakan kudeta terhadap Hitler.

Selain Röhm, sejumlah tokoh lainnya turut menjadi korban, di antaranya mantan Kanselir Republik Weimar Kurt von Schleicher, eks loyalis Hitler Gregor Strasser, serta beberapa tokoh konservatif dan penentang Nazi seperti Gustav von Kahr dan Erich Klausener.

Wakil Kanselir Franz von Papen bahkan nyaris ikut terbunuh. Meski selamat, ia diamankan dan secara resmi diberhentikan dari jabatannya tiga hari setelah tragedi tersebut.


Langkah Politik Brutal yang Mengukuhkan Cengkeraman Kekuasaan Hitler

Peristiwa Night of the Long Knives terjadi di tengah memanasnya ketegangan antara militer Jerman dan organisasi paramiliter SA. Pemimpin SA, Ernst Röhm, berharap pasukannya dapat dilebur ke dalam angkatan bersenjata Jerman yang baru, Wehrmacht. Namun, gagasan ini mendapat penolakan keras dari kalangan jenderal konservatif.

Hitler, yang kala itu membutuhkan dukungan militer untuk mewujudkan ambisi ekspansionisnya, memilih mengorbankan Röhm dan membubarkan kekuatan SA demi menghindari konfrontasi dengan pihak militer.

Langkah brutal tersebut justru mendapat sambutan positif dari jajaran militer. Menteri Pertahanan Jerman saat itu, Werner von Blomberg, bahkan memuji tindakan Hitler sebagai langkah tegas dan efisien dalam “mengamankan” negara dari ancaman dalam negeri.

Tak lama berselang, Hitler mulai mengarahkan ekspansi kekuasaannya ke luar negeri. Pada 25 Juli 1934, kelompok Nazi Austria—yang didukung Berlin—melancarkan kudeta terhadap pemerintah Austria dan membunuh Kanselir Engelbert Dollfuss.

Namun, kudeta tersebut gagal. Respons internasional, terutama dari Italia di bawah rezim Benito Mussolini, sangat keras. Empat divisi militer Italia langsung digerakkan ke perbatasan sebagai bentuk penolakan terhadap ambisi ekspansionis Jerman.