Internasional

Trump Sebut Elon Musk Tak Terkendali, Sindir Pembentukan Partai Baru sebagai Tindakan Konyol

51
×

Trump Sebut Elon Musk Tak Terkendali, Sindir Pembentukan Partai Baru sebagai Tindakan Konyol

Share this article
Trump Sebut Elon Musk Tak Terkendali, Sindir Pembentukan Partai Baru sebagai Tindakan Konyol
Presiden Donald Trump dan CEO Tesla Elon Musk saat duduk di dalam kendaraan Tesla Model S berwarna merah di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, (11/3/2025).

NewsRepublik.com, Internasional – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan kritik tajam terhadap Elon Musk yang dikabarkan tengah membentuk dan membiayai partai politik baru di AS. Trump menyebut langkah tersebut sebagai tindakan yang “konyol”.

“Partai ketiga tidak pernah berhasil. Jadi silakan saja dia bersenang-senang dengan itu, tapi menurut saya itu konyol,” ujar Trump kepada wartawan saat dalam perjalanan kembali ke Gedung Putih dari klub golfnya di New Jersey, dikutip dari The Guardian, Minggu (6/7/2025).

Melalui platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump melanjutkan kritiknya secara lebih mendalam.
“Saya sedih melihat Elon Musk benar-benar sudah ‘lepas kendali’, berubah menjadi bencana total dalam lima minggu terakhir,” tulis Trump. “Dia bahkan ingin memulai Partai Politik Ketiga, padahal sejarahnya, partai seperti itu tidak pernah sukses di Amerika Serikat.”

Menurut Trump, satu-satunya hal yang dihasilkan dari kehadiran partai ketiga hanyalah “GANGGUAN & KEKACAUAN yang SEMPURNA dan TOTAL”.

Trump juga menuding bahwa motif di balik langkah Musk didorong oleh ketidakpuasan atas rencana penghentian subsidi kendaraan listrik. Selain itu, Trump mengklaim Musk berusaha mendapatkan pengaruh lebih jauh dengan mendorong pencalonan temannya, Jared Isaacman, sebagai administrator NASA.

“Menurut saya tidak pantas jika teman dekat Elon, yang berkecimpung di bisnis antariksa, memimpin NASA, apalagi mengingat NASA merupakan bagian besar dari dunia bisnis Elon sendiri,” kata Trump.


Dituding Ganggu Stabilitas Politik

Langkah Elon Musk mendirikan partai politik baru di Amerika Serikat memicu kritik tajam, termasuk dari kalangan dalam pemerintahan Trump sendiri.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Minggu (6/7/2025) menyatakan bahwa Musk seharusnya fokus mengelola perusahaannya dan menjauh dari urusan politik. Pernyataan ini muncul sehari setelah Musk, yang juga mantan penasihat Gedung Putih, mengumumkan pembentukan partai baru bernama America Party.

“Prinsip-prinsip DOGE cukup populer — tapi kalau Anda lihat hasil survei, Elon tidak,” kata Bessent dalam program State of the Union di CNN, merujuk pada ‘Departemen Efisiensi Pemerintahan’ (DOGE) yang sempat dipimpin Musk usai dimulainya masa jabatan kedua Trump pada Januari.

Survei publik menunjukkan kebijakan pemangkasan anggaran dan pengurangan besar-besaran jumlah pegawai pemerintah oleh DOGE menuai respons negatif. Penjualan Tesla juga dilaporkan merosot selama periode Musk menjabat di DOGE, membuat para investor mendesak agar ia segera kembali fokus pada dunia bisnis.

“Saya yakin dewan direksi perusahaannya ingin dia kembali dan mengurus bisnis. Saya rasa mereka tak menyambut baik pengumuman kemarin,” kata Bessent.

Pernyataan Bessent menyusul kritik Musk terhadap Trump terkait pengesahan One Big Beautiful Bill Act, rancangan undang-undang pajak dan pengeluaran besar-besaran yang dijuluki Trump sebagai keberhasilan legislatif. Dalam unggahannya di platform X, Musk menyebut bahwa RUU tersebut menjadi bentuk “pemborosan dan korupsi” yang membuat negara bangkrut.

“Kalau soal membuat negara bangkrut dengan pemborosan dan korupsi, kita tidak sedang hidup dalam demokrasi, tapi dalam sistem satu partai,” tulis Musk. “Hari ini, America Party dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda.”

Musk sebelumnya ditunjuk secara informal untuk mengurangi pengeluaran federal lewat perannya di DOGE dari Januari hingga Mei, sebelum akhirnya mundur dan menjadi pengkritik keras terhadap RUU Trump. Kantor Anggaran Kongres menyebut bahwa One Big Beautiful Bill Act akan menambah defisit nasional sebesar USD 3,3 triliun hingga 2034.

UU tersebut memberikan pemotongan pajak besar untuk kalangan super kaya, sembari memangkas program jaring pengaman sosial yang menyebabkan sekitar 10,6 juta orang kehilangan asuransi kesehatan.

Ketegangan antara Trump dan Musk semakin memanas sejak Musk mundur dari pemerintahan. Pada 4 Juli, saat Trump menandatangani RUU tersebut dalam acara perayaan Hari Kemerdekaan di Gedung Putih, Musk justru membuka jajak pendapat di X dengan pertanyaan: “Apakah Anda menginginkan kemerdekaan dari sistem dua partai?”

Menurut Musk, hasil polling menunjukkan dua dari tiga responden menjawab “ya”. Meski belum merinci struktur ataupun jadwal resmi pembentukan America Party, unggahan Musk mengisyaratkan bahwa partai tersebut akan membidik dua hingga tiga kursi Senat serta delapan hingga 10 kursi DPR.

Kedua kamar Kongres saat ini dikuasai oleh Partai Republik dengan selisih suara yang sangat tipis. “Dengan margin legislatif sekecil itu, blok baru ini bisa jadi penentu dalam undang-undang penting, memastikan kebijakan yang benar-benar mencerminkan suara rakyat,” tegas Musk.