Sejarah

7 Agustus 1998: Serangan Bom Guncang Kedutaan AS di Kenya dan Tanzania, Ratusan Korban Jiwa

54
×

7 Agustus 1998: Serangan Bom Guncang Kedutaan AS di Kenya dan Tanzania, Ratusan Korban Jiwa

Share this article
7 Agustus 1998: Serangan Bom Guncang Kedutaan AS di Kenya dan Tanzania, Ratusan Korban Jiwa
Ilustrasi daerah pengeboman.

NewsRepublik.com, Sejarah – Pada pagi hari 7 Agustus 1998, dua ledakan besar mengguncang kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kenya dan Tanzania. Serangan yang terjadi hampir bersamaan itu menewaskan sedikitnya 200 orang dan melukai lebih dari 1.000 lainnya.

Ledakan pertama mengguncang Dar es Salaam, ibu kota Tanzania, sekitar pukul 10.30 waktu setempat, diikuti oleh ledakan kedua yang melanda Nairobi, ibu kota Kenya, hanya lima menit kemudian.

Dilansir BBC, Kamis (7/8/2025), hingga saat ini belum ada kelompok yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas aksi teror tersebut.

Namun, dugaan kuat dari otoritas Amerika Serikat mengarah pada Osama bin Laden, sosok ekstremis yang kala itu sudah menjadi incaran badan intelijen AS.


Duta Besar AS Terkena Dampak Ledakan

Ilustrasi ledakan
Ilustrasi ledakan (Ist)

Ledakan di Nairobi mengguncang sebuah gedung perkantoran lima lantai yang berdiri di sebelah kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat. Gedung tersebut roboh dan menimpa area kedutaan, menyebabkan kerusakan yang sangat serius.

Pada saat kejadian, Duta Besar AS, Prudence Bushnell, sedang melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Kenya, Joseph Kamotho, di gedung Bank Koperasi Ufundi yang lokasinya tak jauh dari ledakan. Bushnell mengalami luka ringan akibat insiden tersebut.

Suara ledakan terdengar hingga radius 10 mil (sekitar 16 kilometer) dari pusat kota dan memicu kepanikan besar. Salah satu staf dari Komisi Tinggi Inggris, Rufus Drabble, menyebutkan adanya kepulan asap tebal di langit, sementara helikopter tampak berputar di udara.

Kantor Kedutaan Besar AS mengalami kerusakan berat. Pintu-pintu tahan ledakan pun ikut terlepas akibat hebatnya guncangan. Dua bus yang kebetulan melintas di dekat lokasi juga ikut rusak parah terkena dampak ledakan.

Para sukarelawan berjuang tanpa henti mengevakuasi korban dari puing-puing bangunan. Beberapa alat berat seperti derek dikerahkan untuk membantu proses penyelamatan dan mencari korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Di Dar es Salaam, kondisi serupa juga terjadi. Seorang reporter BBC menginformasikan bahwa bagian resepsionis gedung kedutaan mengalami kehancuran total.

Jim Owens, salah satu korban selamat dari ledakan di Kedutaan Besar AS di Tanzania, mengisahkan bahwa tubuhnya sempat terlempar sejauh 1,5 meter karena ledakan.

“Secara fisik luka saya mungkin tidak terlalu serius, tapi darah keluar cukup banyak,” ujarnya.

“Darah sampai menutupi kacamata saya, dan saya benar-benar tidak bisa melihat apapun ketika mencoba berjalan dalam gedung yang dipenuhi asap,” lanjutnya.


Clinton Kutuk Keras Serangan Bom

Ilustrasi bangunan runtuh.
Ilustrasi bangunan runtuh.

Presiden Amerika Serikat saat itu, Bill Clinton, secara tegas mengutuk serangan bom yang mengguncang Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania, menyebutnya sebagai aksi keji yang “tidak manusiawi” dan “menjijikkan.”

Berbicara dalam konferensi pers dari Gedung Putih, Clinton menegaskan bahwa pemerintah AS akan mengerahkan seluruh sumber daya untuk memburu dan membawa para pelaku ke pengadilan.

“Ini adalah bentuk kekerasan terorisme yang menjijikkan dan tidak berperikemanusiaan,” ucap Clinton dengan nada geram.
“Kami tidak akan tinggal diam. Semua kekuatan yang kami miliki akan digunakan untuk memastikan para pelaku diadili,” lanjutnya.

Sebagai bentuk duka dan penghormatan kepada para korban, Clinton memerintahkan agar seluruh bendera di gedung pemerintahan AS dikibarkan setengah tiang.

Tak hanya itu, ia juga mengirimkan tim kontraterorisme, personel medis, pasukan Marinir, serta agen FBI ke lokasi serangan untuk membantu penanganan korban, memperkuat pengamanan, dan melakukan investigasi mendalam.


Tragedi Bom Kedutaan AS

Ilustrasi bendera Kenya.
Ilustrasi bendera Kenya. (Unsplash)

Pemerintah Kenya disebut tidak siap menghadapi bencana berskala besar seperti ledakan kembar yang mengguncang Nairobi dan Dar es Salaam. Penanganan baru menunjukkan kemajuan signifikan setelah tim penyelamat dari Israel tiba dan menemukan jenazah terakhir. Berdasarkan data akhir, ledakan di Nairobi menewaskan 207 warga Kenya dan 12 warga negara Amerika Serikat.

Sementara itu, insiden serupa di Tanzania merenggut 11 korban jiwa. Secara keseluruhan, jumlah korban luka akibat dua ledakan ini mencapai lebih dari 4.000 orang.

Empat individu yang terkait dengan jaringan al-Qaeda dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Mei 2001 setelah dinyatakan bersalah atas keterlibatan mereka. Mereka adalah Mohamed Rashed Daoud al-‘Owhali, Khalfan Khamis Mohamed, Wadih al-Hage, dan Mohamed Sadeek Odeh.

Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Kenya membangun taman peringatan di Nairobi yang diresmikan tepat pada 7 Agustus 2001, menandai tiga tahun sejak tragedi terjadi.

Pemerintah Amerika Serikat turut mengalokasikan dana sebesar USD 4,3 juta (setara sekitar Rp70,5 miliar) untuk membantu pemulihan dan pembangunan kembali kawasan pusat kota Nairobi. Kendati demikian, sejumlah korban selamat menilai bantuan tersebut masih belum memadai. Beberapa bahkan sempat mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS untuk mendapatkan kompensasi tambahan, meski upaya tersebut berakhir tanpa hasil.