Internasional

Bentrokan Senjata Thailand-Kamboja: Siapa Lebih Unggul di Medan Tempur?

82
×

Bentrokan Senjata Thailand-Kamboja: Siapa Lebih Unggul di Medan Tempur?

Share this article
Bentrokan Senjata Thailand-Kamboja: Siapa Lebih Unggul di Medan Tempur?
Para tentara Thailand memeriksa wilayah perbatasan pada Minggu (20/7/2025), di Provinsi Ubon Ratchathani, tempat di mana Angkatan Darat Kerajaan Thailand menyatakan telah ditemukan dua ranjau anti-personel.

NewsRepublik.com, Internasional – Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali pecah dalam bentrokan bersenjata pada Kamis (24/7/2025), menjadi pertempuran paling serius antara kedua negara Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Selama lebih dari satu abad, kedua negara telah berselisih soal batas wilayah darat yang belum seluruhnya ditandai secara resmi sepanjang 817 kilometer. Sengketa ini kerap memicu konfrontasi, termasuk insiden tembak-menembak dan penggunaan artileri berat yang pernah terjadi selama sepekan pada 2011 dan menimbulkan korban jiwa.

Ketegangan kembali meningkat pada Mei lalu setelah seorang prajurit Kamboja dilaporkan tewas dalam insiden perbatasan, yang kemudian berkembang menjadi krisis diplomatik dan memicu bentrokan terbuka.

Berikut adalah profil kekuatan militer dan persenjataan kedua negara, mengacu pada data International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London sebagaimana dilansir The Independent.


Anggaran Pertahanan dan Kekuatan Darat

Warga Kamboja dievakuasi dengan mengikuti kendaraan militer di Oddar Meanchey, Jumat, 25 Juli 2025, saat bentrokan besar terjadi di perbatasan dengan Thailand.

Kamboja mengalokasikan anggaran pertahanan sebesar USD 1,3 miliar pada 2024, dengan total 124.300 personel militer aktif. Angkatan bersenjatanya, Royal Cambodian Armed Forces (RCAF), dibentuk pada 1993 melalui penggabungan tiga kelompok utama: Cambodian People’s Armed Forces (CPAF)—yang sebelumnya dikenal sebagai KPRAF dan didukung Vietnam—serta dua faksi oposisi non-komunis, KPNLF dan ANS/FUNCINPEC.

Dari keseluruhan kekuatan militer tersebut, Angkatan Darat menjadi komponen terbesar dengan sekitar 75.000 prajurit. Mereka diperkuat lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 unit artileri.

Sementara itu, Thailand yang memiliki status sekutu utama non-NATO bagi Amerika Serikat, mencatat kekuatan militer yang jauh lebih besar. Anggaran pertahanan negara itu mencapai USD 5,73 miliar pada 2024, dengan total 360.000 personel aktif di seluruh angkatan.

Angkatan Darat Thailand sendiri diperkuat 245.000 tentara, termasuk sekitar 115.000 wajib militer. Mereka memiliki sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan lapis baja pengangkut personel, dan sekitar 2.600 unit senjata artileri. Selain itu, armada udara internal Angkatan Darat Thailand juga dilengkapi helikopter Black Hawk buatan AS, pesawat pengangkut, hingga drone pengintai.

Dari sisi logistik dan persenjataan darat, Thailand menunjukkan keunggulan signifikan dibandingkan Kamboja, baik dalam jumlah maupun kecanggihan teknologi militernya.


Angkatan Udara: Thailand Unggul Mutlak atas Kamboja

Petugas kepolisian Kamboja berjaga di depan gerbang yang ditutup di pos pemeriksaan perbatasan internasional Poipet, yang menghubungkan Kamboja dan Thailand, di Provinsi Banteay Meanchey, pada 24 Juni 2025.

Angkatan Udara Kamboja tercatat memiliki 1.500 personel dengan armada terbatas. Inventaris utamanya terdiri dari 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut. Negeri itu tidak memiliki pesawat tempur operasional, namun mengandalkan 16 helikopter multiguna—terdiri atas enam unit Mi-17 buatan era Uni Soviet serta 10 unit helikopter Z-9 produksi Tiongkok.

Di sisi lain, Thailand memiliki keunggulan absolut dalam kekuatan udara. Dengan sekitar 46.000 personel, Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi salah satu yang paling lengkap dan terlatih di kawasan Asia Tenggara. Armada tempurnya mencakup 112 pesawat yang siap beroperasi, termasuk 28 jet tempur F-16 dan 11 jet tempur Gripen buatan Swedia. Thailand juga mengoperasikan puluhan helikopter berbagai tipe untuk kebutuhan tempur dan dukungan logistik.

Dominasi Thailand dalam kekuatan udara menjadi salah satu faktor utama ketimpangan militer antara kedua negara dalam bentrokan terbaru yang terjadi di wilayah perbatasan.


Angkatan Laut Thailand Perkasa

Pertempuran dimulai pada Kamis (24/7/2025) pagi di dekat Kuil Ta Muen Thom, yang terletak di perbatasan antara Provinsi Surin di Thailand dan Provinsi Oddar Meanchey di Kamboja.

Angkatan Laut Kamboja tercatat memiliki sekitar 2.800 personel, termasuk 1.500 marinir. Armada laut negara tersebut terbatas pada 13 kapal patroli dan kapal tempur pesisir, serta satu unit kapal pendarat amfibi.

Sebaliknya, kekuatan laut Thailand jauh lebih besar dan terorganisir. Angkatan Laut Kerajaan Thailand mengoperasikan hampir 70.000 personel aktif, termasuk unit penerbangan angkatan laut, korps marinir, pertahanan pantai, serta komponen wajib militer.

Dari segi armada, Thailand unggul dengan kepemilikan satu kapal induk, tujuh fregat, dan 68 kapal patroli serta kapal tempur pesisir. Negeri Gajah Putih ini juga mengoperasikan sejumlah kapal amfibi dan kapal pendarat besar yang mampu mengangkut ratusan personel, ditambah 14 kapal pendarat kecil.

Divisi udara Angkatan Laut Thailand memiliki armada tersendiri, meliputi helikopter dan drone untuk dukungan tempur dan pengawasan maritim. Sementara itu, korps marinir Thailand diperkuat oleh 23.000 personel, dilengkapi puluhan kendaraan tempur bersenjata untuk operasi amfibi maupun pertahanan pantai.