Internasional

Berkunjung ke Korea Utara, Influencer India Ungkap Aturan Ketat dan Pengawasan Ketat

52
×

Berkunjung ke Korea Utara, Influencer India Ungkap Aturan Ketat dan Pengawasan Ketat

Share this article
Berkunjung ke Korea Utara, Influencer India Ungkap Aturan Ketat dan Pengawasan Ketat
Bendera Korea Utara

NewsRepublik.com, Internasional – Bhuvani Dharan, influencer asal Tamil Nadu yang dikenal melalui akun Instagram @tamiltrekker, membagikan pengalaman langka saat mengunjungi Korea Utara (DPRK). Ia termasuk dalam rombongan wisatawan pertama yang diizinkan masuk ke negara tersebut sejak diberlakukannya lockdown ketat akibat pandemi COVID-19 lima tahun lalu.

Perjalanan Dharan ke Korea Utara berlangsung pada 3 hingga 6 Maret 2024, melalui jalur darat dari Kota Yanji, Tiongkok, menuju Kota Rason. Namun usai kunjungan itu, pemerintah Korea Utara kembali menutup akses bagi wisatawan asing.

Sebelum masuk ke wilayah yang dikenal sangat tertutup tersebut, Dharan menerima sejumlah instruksi ketat. Ia dilarang menggunakan istilah “Korea Utara” dan diwajibkan menyebut negara tersebut sebagai “DPRK”. Ia juga dilarang merekam tentara, memotret hal-hal yang dianggap tidak elok, serta diwajibkan menyebut pemimpinnya, Kim Jong Un, dengan gelar penuh seperti “Kapten” atau “Marsekal”.

Setibanya di perbatasan, prosedur pemeriksaan keamanan berlangsung sangat ketat. Seluruh barang bawaan, terutama perangkat elektronik, diperiksa secara menyeluruh. Setiap pengunjung juga diminta mendeklarasikan item yang mereka bawa.

“GPS, buku agama, dan konten pornografi termasuk dalam daftar barang yang dilarang,” ujar Dharan, dikutip dari NDTV, Selasa (15/7/2025).

Selama perjalanan, wisatawan selalu didampingi dua pemandu resmi dari pemerintah dan hanya diperbolehkan mengikuti rute yang telah ditentukan. Bahkan, jalur perjalanan diatur sedemikian rupa agar terlihat lebih panjang dan variatif.

Dalam empat hari kunjungannya di Rason, Dharan bersama rombongan dibawa mengunjungi berbagai lokasi seperti pabrik air mineral, sekolah, museum, pabrik manufaktur, hingga monumen yang didedikasikan untuk Kim Jong Un. Namun, ia menilai sebagian besar tempat yang dikunjungi terasa tidak alami.

“Pabriknya tampak kosong, hanya ada dua pekerja. Sekolahnya pun seperti sebuah pertunjukan yang telah diatur sebelumnya,” tuturnya.


Saat Berinteraksi di Korea Utara

Interaksi dengan warga lokal selama berada di Korea Utara disebut sangat terbatas dan terkesan dikendalikan. Salah satu anak yang diajak berbincang oleh Bhuvani Dharan mengaku bisa berbahasa Rusia, namun tidak memahami ketika diajak berbicara dalam bahasa tersebut.

Dharan juga mengungkapkan suasana kota yang terasa tidak wajar. “Saat malam kota benar-benar senyap. Namun pukul lima pagi, suasana tiba-tiba kembali ramai. Seolah warga hanya muncul ketika diperlukan,” ujarnya.

Ia mencatat sejumlah kejanggalan lain, termasuk soal makanan yang disajikan selama kunjungan. Menu yang tersedia mayoritas bergaya Barat dan diduga tidak dimasak di hotel tempat mereka menginap. Sementara itu, pemandu dan sopir justru menikmati makanan lokal.

Salah satu hal yang paling mengejutkan bagi Dharan adalah minuman beralkohol lokal yang diklaim terbuat dari tulang beruang, tulang harimau, dan ular mati. Ia mengaku hanya mencicipinya saat kembali ke Tiongkok. “Langsung saya buang. Saya tidak mau ambil risiko,” katanya.

Total biaya perjalanannya mencapai Rp4–5 juta, termasuk pembelian suvenir, minuman, dan empat kartu pos yang masing-masing dihargai hampir USD 100. Namun hingga kini, tak satu pun dari kartu pos tersebut sampai ke alamat tujuan.

Saat hendak meninggalkan wilayah Korea Utara, Dharan sempat menerima sinyal ponsel di zona perbatasan dan membaca kabar bahwa negara itu kembali menutup akses wisata. Ia mengaku sempat panik dan khawatir tidak bisa keluar dari negara tersebut.

Ketika ditanya apakah ia ingin kembali ke Korea Utara suatu hari nanti, Dharan menjawab, “Mereka bilang jika kita bicara buruk soal negara ini, kita tidak akan diizinkan masuk lagi. Jadi, tidak. Saya rasa mereka tidak akan izinkan saya kembali.”