Berita

BNN Ungkap Modus Narkoba Canggih WNA di Bali, Gunakan Blockchain hingga Chatbot Telegram

42
×

BNN Ungkap Modus Narkoba Canggih WNA di Bali, Gunakan Blockchain hingga Chatbot Telegram

Share this article
BNN Ungkap Modus Narkoba Canggih WNA di Bali, Gunakan Blockchain hingga Chatbot Telegram
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Marthinus Hukom.

NewsRepublik.com, Berita – Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Pol Marthinus Hukom, mengungkap adanya pola baru dalam kejahatan narkotika yang melibatkan warga negara asing (WNA) di Bali, dengan memanfaatkan teknologi canggih.

Hal itu diungkapkannya saat menghadiri pencanangan program Desa Bersinar di Wantilan Desa Adat Kelan, Tuban, Kabupaten Badung, Selasa (15/7/2025).

“Kami menemukan modus operandi penyebaran narkoba yang menggunakan teknologi tingkat lanjut,” ujar Marthinus, dikutip dari Antara.

Menurutnya, sejumlah WNA yang terlibat dalam jaringan narkotika di Bali diketahui memanfaatkan teknologi seperti blockchain untuk menghindari pengawasan aparat. Peredaran dilakukan tanpa tatap muka, dan transaksi dilakukan melalui media sosial.

Setelah kesepakatan terjadi, barang diletakkan di lokasi tertentu dengan kode khusus dan pembayaran dilakukan menggunakan cryptocurrency.

Marthinus juga menyebut dugaan keterlibatan WNA asal Rusia dan Ukraina dalam pola peredaran narkoba tersebut. Mereka disebut menggunakan chatbot di aplikasi Telegram dengan format tertentu untuk mengatur jalur distribusi.

“Yang menarik, kurirnya sudah membagi zona operasi di Bali. Misalnya di Sanur atau Kuta, ada format khusus yang mereka gunakan. Bayangkan, pelaku dari luar negeri bisa membagi wilayah operasionalnya menjadi zona-zona seperti itu,” ujarnya.


BNN Sebut Bali Kian Dilirik Jaringan Narkoba Internasional

Kepala BNN RI, Komjen Pol Marthinus Hukom, mengungkapkan bahwa Bali kini menjadi salah satu titik strategis yang dilirik jaringan narkotika internasional. Hal itu diperkuat dengan temuan laboratorium narkoba (clandestine lab) dan kebun ganja indoor yang diungkap tim gabungan BNN dan Mabes Polri.

Marthinus menyebut bahwa daya tarik Bali sebagai pasar narkoba semakin kuat. Bahkan, saat ini Indonesia menghadapi ancaman dari dua poros jaringan besar dunia, yakni Golden Triangle yang meliputi Myanmar, Laos, dan Thailand, serta Golden Crescent yang mencakup Iran, Afghanistan, dan Pakistan.

Lebih mencemaskan lagi, kartel narkoba Sinaloa asal Meksiko juga disebut mulai menunjukkan geliat aktivitasnya di Bali.

Menurut Marthinus, para pelaku kejahatan kerap memanfaatkan properti seperti vila dan lahan untuk dialihfungsikan sebagai pusat produksi atau distribusi narkotika.

“Banyak sekali alih fungsi lahan di Bali. Saya tidak melarang, karena itu hak masing-masing. Tapi kita beberapa kali menemukan laboratorium clandestine yang digunakan sebagai sarang kejahatan narkoba,” ujarnya.


Punya Program

Sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman narkoba di Bali, Kepala BNN RI Komjen Pol Marthinus Hukom menekankan pentingnya penguatan program Desa Bersinar (Bersih dari Narkoba) sebagai langkah strategis membangun kesadaran kolektif di tingkat masyarakat adat.

Menurutnya, program tersebut diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai pencegahan dan perlindungan dari bahaya narkotika secara berkelanjutan.

“Kita harus mampu membedakan antara mereka yang benar-benar datang untuk berwisata, dengan mereka yang hanya berpura-pura wisata tetapi sebenarnya menyusun skenario kejahatan. Jangan beri ruang bagi pelaku kejahatan narkoba di Bali,” tegasnya.