Teknologi

Boikot Spotify, Musisi Ramai-Ramai Tinggalkan Platform Usai CEO Daniel Ek Tanam Investasi di Industri Senjata

54
×

Boikot Spotify, Musisi Ramai-Ramai Tinggalkan Platform Usai CEO Daniel Ek Tanam Investasi di Industri Senjata

Share this article
Boikot Spotify, Musisi Ramai-Ramai Tinggalkan Platform Usai CEO Daniel Ek Tanam Investasi di Industri Senjata
lustrasi Spotify. Kredit: StockSnap via Pixabay

NewsRepublik.com, Teknologi – Layanan streaming musik asal Swedia, Spotify, tengah menjadi sorotan publik internasional menyusul terungkapnya langkah kontroversial sang CEO, Daniel Ek, yang menanamkan investasi besar pada perusahaan teknologi militer.

Gelombang protes pun merebak dari para musisi dan pengguna di berbagai belahan dunia, menyerukan aksi boikot Spotify. Reaksi keras ini memicu polemik global yang tak dapat dihindari.

Kontroversi bermula dari laporan yang mengungkap bahwa Daniel Ek, melalui perusahaan modal ventura miliknya, Prima Materia, memimpin investasi senilai sekitar USD 700 juta atau setara Rp 11,4 triliun ke startup teknologi pertahanan Eropa, Helsing.

Perusahaan yang berbasis di Jerman dan berdiri sejak 2021 itu dikenal mengembangkan sistem persenjataan berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti teknologi pengawasan drone di medan perang, alat keamanan siber, serta sistem untuk pesawat dan kapal selam.

Keputusan Daniel Ek langsung mengundang kritik tajam dari berbagai kalangan. Banyak yang menilai langkah tersebut bertentangan dengan nilai-nilai perdamaian dan semangat persatuan yang selama ini dijunjung tinggi dalam dunia musik.

Polemik ini mencuat di tengah situasi konflik global yang masih berlangsung, seperti perang Rusia-Ukraina dan krisis berkepanjangan di wilayah Gaza, antara Israel dan Palestina.


Daniel Ek Angkat Bicara

Pendiri Spotify, Daniel Ek.

CEO Spotify, Daniel Ek, akhirnya memberikan penjelasan terkait keputusannya berinvestasi pada perusahaan teknologi militer, Helsing, yang memicu gelombang boikot terhadap layanan streaming musik tersebut.

Daniel menyatakan bahwa langkah investasinya merupakan respons terhadap kebutuhan mendesak untuk penguatan teknologi pertahanan guna menjamin otonomi strategis dan kesiapan keamanan kawasan Eropa.

“Seiring dengan cepatnya Eropa memperkuat kapabilitas pertahanannya sebagai respons terhadap tantangan geopolitik yang terus berkembang, ada kebutuhan mendesak untuk investasi dalam teknologi canggih yang menjamin otonomi strategis dan kesiapan keamanannya,” ujar Daniel dalam pernyataannya.

Diketahui, berkat putaran pendanaan yang dipimpin oleh Daniel Ek melalui perusahaannya, Prima Materia, valuasi Helsing kini melonjak hingga menyentuh angka sekitar USD 12 miliar. Capaian tersebut menjadikannya salah satu startup teknologi dengan nilai tertinggi di Eropa.


Musisi dan Pengguna Kompak Serukan Boikot Spotify

Meski telah memberikan penjelasan, pernyataan Daniel Ek tak mampu meredam gelombang kemarahan dari publik dan kalangan musisi. Seruan boikot Spotify justru semakin meluas dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sejumlah musisi independen seperti Deerhoof, Skee Mask, dan Poolroom memilih untuk menarik seluruh karya mereka dari platform tersebut. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap keterlibatan Daniel Ek dalam pendanaan teknologi militer.

Kritikus musik ternama, Anthony Fantano, turut menyuarakan kekecewaannya melalui media sosial. Ia menyerukan agar Spotify mengalokasikan dananya untuk hal-hal yang lebih berdampak bagi dunia musik, terutama dalam mendukung para seniman dan ekosistem kreatif.

“Jika Anda peduli dengan musik sebagai kebutuhan budaya… kembalikan sebagian uang itu ke para seniman, bukan ke teknologi tempur,” tulis Fantano dalam unggahannya.

Seruan tersebut memicu aksi lanjutan dari para pengguna, khususnya di Amerika Serikat, yang beramai-ramai membatalkan langganan Spotify Premium dan menyuarakan protes mereka di berbagai platform digital.

Aksi ini menjadi cerminan nyata bahwa keputusan bisnis yang diambil oleh para pemimpin perusahaan teknologi besar memiliki konsekuensi etis yang luas, serta mampu memantik respons keras dari komunitas global.