Lifestyle

Cerita Haru Anak Yatim Minta Bantuan Petugas Damkar untuk Ambil Rapor di Sekolah

8
×

Cerita Haru Anak Yatim Minta Bantuan Petugas Damkar untuk Ambil Rapor di Sekolah

Share this article
Cerita Haru Anak Yatim Minta Bantuan Petugas Damkar untuk Ambil Rapor di Sekolah
Cerita Haru Anak Yatim Minta Bantuan Petugas Damkar untuk Ambil Rapor di Sekolah

NewsRepublik.com, Lifestyle – Di balik tugasnya yang penuh risiko dan keberanian, petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) sering kali menjadi pahlawan dalam hal-hal sederhana namun menyentuh hati. Salah satu momen haru datang dari Semarang, ketika seorang anak yatim memberanikan diri menghubungi Damkar bukan untuk memadamkan api, melainkan untuk mengambilkan rapor.

Kisah ini menjadi viral usai dibagikan oleh Ade Bhakti, seorang petugas Damkar Semarang melalui akun Instagram pribadinya, @adebhakti, pada 20 Juni 2025.

“Sedih denger ceritanya. Besok bareng Damkar Semarang mau ngambilin rapot anak yatim pemberani… Anak ini keren, tanggung jawab, seorang anak pertama laki-laki… bismillah bisa membahagiakan dia saat rapotan,” tulis Ade dalam unggahannya.

Dalam unggahan tersebut, Ade menampilkan tangkapan layar percakapan dengan sang anak. Anak laki-laki itu menghubungi Ade melalui nomor pribadi yang memang sengaja dibuka untuk masyarakat umum yang membutuhkan bantuan.

Isi pesan sang anak begitu tulus dan menyentuh:

“Pak Ade, mau tanya, apa bisa minta tolong ke damkar buat ngambilin rapot, pak? Ayah sudah meninggal. Ibu ngambil (rapot) adik yang TK. Ada sedikit gangguan syaraf, tiba-tiba keluar suara kaget sendiri.”

Anak itu menjelaskan bahwa ia adalah anak sulung dan ingin memastikan rapornya bisa diambil meski tak ada keluarga yang bisa menemaninya ke sekolah. Permintaannya tak hanya menunjukkan keberanian dan rasa tanggung jawab, tapi juga ketulusan hati seorang anak yang tetap peduli pada pendidikan di tengah kondisi keluarga yang tak mudah.

Respons cepat dan hangat datang dari Damkar Semarang. Mereka mengantar dan mendampingi sang anak saat pembagian rapor keesokan harinya. Warganet pun membanjiri unggahan Ade Bhakti dengan pujian dan haru, menyebutnya sebagai pahlawan kemanusiaan di balik seragam merah.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa menjadi petugas publik bukan hanya soal menyelamatkan nyawa dari bahaya, tapi juga menjadi tumpuan harapan, bahkan untuk hal sederhana seperti mengambil rapor seorang anak yatim.


Terharu Dimintai Tolong

Ade Bhakti, petugas Damkar Semarang yang membagikan cerita ini, mengaku tak kuasa menolak ketika menerima pesan permintaan tolong dari seorang anak laki-laki yang begitu sopan dan tulus.

Menanggapi pesan tersebut, Ade langsung merespons cepat, menanyakan detail seperti alamat rumah, nama sekolah, kelas, hingga jadwal pembagian rapor.

“Nanti saya bantu ambilin,” balas Ade singkat namun penuh empati. Pesan itu langsung disambut ucapan terima kasih yang hangat dan tulus dari sang anak.

Beberapa hari jelang pengambilan rapor, anak tersebut kembali menghubungi Ade untuk mengonfirmasi jadwal, yakni pada Jumat, 20 Juni 2025. Untuk dirinya, pengambilan dijadwalkan pukul 07.30–08.30 WIB, sementara adiknya yang masih di bangku SD dijadwalkan pukul 08.00–11.00 WIB.

Sepanjang percakapan yang dibagikan Ade di Instagram, terlihat jelas bagaimana kerendahan hati anak itu. Ia terus mengingatkan dengan bahasa sopan, bahkan berulang kali meminta maaf karena merasa telah merepotkan.

“Maaf ya Pak kalau ngerepotin, terima kasih banget ya Pak, udah mau bantuin saya,” tulisnya dalam salah satu pesan.

Bagi Ade, ini bukan sekadar tugas tambahan sebagai petugas pemadam. Ini adalah panggilan hati. Ia mengaku merasa terharu sekaligus kagum atas keberanian dan rasa tanggung jawab anak tersebut, yang meski masih muda, sudah memikirkan tanggung jawabnya sendiri dan keluarganya.

“Saya yang justru belajar dari anak ini. Dia masih kecil tapi kuat, punya rasa tanggung jawab, sopan, dan tahu caranya meminta bantuan. Itu luar biasa,” ungkap Ade.

Kisah ini kembali membuktikan bahwa kebaikan hati dan solidaritas bisa datang dari mana saja, bahkan dari seragam merah para Damkar yang sering kita kenal sebagai pahlawan saat kebakaran. Ternyata, mereka juga bisa menjadi pahlawan dalam kisah kecil yang membekas besar di hati.


Permintaan yang Serupa di Lampung

Permintaan tulus dari siswi bernama Meyva (17) ini langsung menyentuh hati para petugas Damkar Lampung Selatan. Meski tugas utama mereka adalah menangani kebakaran dan penyelamatan, permintaan seperti ini mereka anggap sebagai bagian dari pelayanan kemanusiaan.

Setelah menerima pesan tersebut, petugas langsung menindaklanjuti dengan menghubungi pihak sekolah dan memastikan keabsahan permintaan itu. Mereka juga meminta informasi lengkap dari Meyva, seperti nama lengkap, kelas, dan waktu pengambilan rapor. Setelah mendapatkan konfirmasi dari pihak sekolah, satu tim kecil dari Damkar pun diberangkatkan untuk membantu.

Aksi ini pun menuai pujian dan keharuan dari warganet. Banyak yang mengapresiasi sikap sigap dan empati dari para petugas Damkar yang tak segan melangkah di luar tugas utama mereka demi membantu masyarakat, terutama anak-anak yang dalam kondisi sulit.

Kisah Meyva ini, bersama dengan kejadian serupa di Semarang, menjadi pengingat bahwa nilai kemanusiaan bisa hadir dalam bentuk paling sederhana—yakni, membantu seseorang mengambil rapor di saat keluarga tak bisa hadir. Kedua cerita ini pun viral dan jadi simbol bahwa kepedulian bisa datang dari mana saja, termasuk dari para “pahlawan” berseragam merah yang siap membantu tanpa pamrih.


Permintaan Disertai Permintaan Maaf

Kisah Meyva dari SMKN 1 Candipuro ini menjadi potret mengharukan tentang semangat belajar, tanggung jawab pribadi, dan kepedulian sosial di tengah keterbatasan.

Dengan sopan dan penuh rasa hormat, Meyva menyampaikan permintaan bantuan melalui WhatsApp resmi Damkar Lampung Selatan. Tak hanya menyampaikan maksud, ia juga menyertakan permintaan maaf karena merasa telah merepotkan petugas. Bahkan, ia sempat mengirim pesan lanjutan hanya untuk memastikan pesannya dibaca, menandakan betapa penting dan seriusnya hal ini bagi dirinya.

Respons cepat datang dari Kepala Bidang Damkar, Rully Fikriansyah, yang langsung menindaklanjuti permintaan tersebut. Setelah memverifikasi kondisi keluarga Meyva, dua personel Damkar ditugaskan mengantar langsung Meyva ke sekolahnya.

Momen tersebut terekam dalam sebuah video yang kemudian menyebar luas di media sosial. Dalam video itu, terlihat Meyva mengenakan seragam pramuka dengan raut bahagia dan bangga saat menunjukkan rapornya. Ia bahkan menerima bingkisan hadiah karena berhasil meraih peringkat kedua di kelas—pencapaian yang semakin memperkuat kesan bahwa perjuangannya layak diapresiasi.

Cerita Meyva, seperti juga kisah anak yatim di Semarang yang dibantu Damkar, mengingatkan kita bahwa pelayanan publik sejati bukan hanya soal tugas formal, tetapi tentang kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat, terutama mereka yang berada dalam situasi sulit. Kedua peristiwa ini pun menjadi simbol nyata bahwa kemanusiaan tak kenal batas profesi.