F&B

Di Balik Gemerlap Restoran Fine Dining: Lebih dari Sekadar Mewah dan Eksklusif

23
Di Balik Gemerlap Restoran Fine Dining: Lebih dari Sekadar Mewah dan Eksklusif
Di Balik Gemerlap Restoran Fine Dining: Lebih dari Sekadar Mewah dan Eksklusif

NewsRepublik.com, F&B – Bicara soal destinasi kuliner mewah di Jakarta, kawasan SCBD kerap jadi jawaban utama. Distrik elite di jantung Jakarta Selatan ini dikenal sebagai pusat aktivitas para profesional yang berkantor di deretan gedung pencakar langit.

Di antara deretan restoran prestisius, nama August mencuri perhatian. Restoran berkonsep casual fine dining ini kembali mencatat prestasi dengan masuk ke daftar Asia’s 50 Best Restaurants 2025. Penghargaan bergengsi yang kerap disandingkan dengan Michelin Star ini telah berhasil dipertahankan August sejak pertama kali membuka pintu pada 2021.

August jelas bukan restoran biasa. Konsep fine dining yang mereka usung menawarkan pengalaman bersantap kelas atas lebih eksklusif dari restoran konvensional. Setiap hidangan diracik dengan teknik kuliner tinggi dan bahan-bahan premium yang dipilih secara selektif.

“Saat saya dan Chef Hans memutuskan untuk membuka restoran ini, dari awal kami ingin menghadirkan sebuah pengalaman utuh. Bukan sekadar soal makanan, tapi bagaimana kami bisa memberikan momen makan malam yang menyeluruh sejak tamu pertama kali datang,” ujar Budi Cahyadi, Co-Owner August.


Jakarta, Sebuah Kanvas Kosong yang Siap Diisi

Chef Hans Christian bersama rekannya, Budi Cahyadi seorang profesional di industri F&B memiliki visi yang kuat untuk menghadirkan pengalaman bersantap yang berbeda lewat August. Menurut Budi, minat masyarakat Jakarta terhadap restoran fine dining menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Terdapat pasar tersendiri yang mencari lebih dari sekadar makan, melainkan sebuah pengalaman yang menyeluruh.

Dulu, restoran fine dining identik dengan momen-momen spesial seperti perayaan ulang tahun, anniversary, atau lamaran. Namun kini, konsep tersebut telah bergeser. Fine dining juga mulai dipilih sebagai tempat untuk menjalin keakraban bersama sahabat.

“Saat kami hendak membuka August, banyak yang menyarankan agar membukanya di Bali. Alasannya, pasar di Bali lebih bersifat internasional dan dianggap lebih siap,” ungkap Budi.

Namun, menurutnya, Jakarta justru memberikan daya tarik tersendiri. Ia dan Chef Hans merasa ‘dipanggil’ oleh kota ini. Jakarta, bagi Budi, adalah sebuah kanvas kosong yang belum banyak terisi ruang besar yang potensial untuk menghadirkan pengalaman bersantap berbeda.

“Kota sebesar Jakarta seharusnya memiliki lebih banyak dining experience. Selama ini, mayoritas masih bermain di ranah restoran kasual,” lanjutnya.


Melepas Stereotip Fine Dining yang Kaku

Lebih lanjut, Budi Cahyadi menegaskan bahwa August hadir dengan misi menghadirkan perpaduan antara pengalaman bersantap dan pelayanan yang prima. Menurutnya, banyak restoran hanya mampu fokus pada salah satu aspek saja. Namun bersama Chef Hans, ia bertekad untuk menyajikan keduanya secara seimbang.

August juga ingin mengubah persepsi lama mengenai fine dining yang identik dengan suasana serba formal dan cenderung kaku. “Selama ini fine dining dipersepsikan dengan white tablecloth, semuanya serba kaku. Bahkan kalau ada sendok jatuh, tamu lain langsung melirik,” ujar Budi yang pernah meniti karier di jaringan hotel internasional, Mandarin Hotel Group.

Mengusung konsep casual fine dining, August tetap mempertahankan kualitas makanan dan pelayanan berkelas, namun dalam suasana yang lebih santai. Para tamu tak harus tampil dengan pakaian formal. “Memakai celana pendek dan kaus masih bisa diterima, asal jangan pakai sandal,” tambahnya.

Untuk menjaga kualitas pelayanan, August membatasi kapasitas menjadi 80 tempat duduk dengan dua sesi makan malam. Pengaturan ini memungkinkan tim dapur dan pelayanan untuk lebih dekat dengan tamu—berinteraksi secara personal, mendengar tanggapan mereka, hingga membangun suasana hangat seperti di antara teman lama.


Manajemen SDM di Balik Dapur Restoran Fine Dining

Salah satu ciri khas utama restoran fine dining adalah penyajian dalam multiple course. Di August, menu yang ditawarkan terus mengalami rotasi secara berkala. Meski demikian, ada beberapa sajian yang telah menjadi signature dish, seperti Tomato, Black Tea, Smoked Fish, Crunch Greens & Keluwak, serta Daikon, Mushroom, Chicken & Clam Broth.

August juga menghadirkan pengalaman berbeda bagi para tamunya melalui konsep dapur terbuka. Dengan konsep ini, para pengunjung dapat melihat langsung proses persiapan tiap hidangan yang tersaji di meja. Hal ini membuat para chef dituntut untuk tetap tampil elegan saat bekerja.

“Biasanya dapur yang tertutup itu suasananya bising, tekanannya tinggi. Tapi di sini, karena dapur adalah bagian dari ruang makan, semua harus dilakukan dengan anggun. Tidak boleh ada suara berisik, tidak boleh menjatuhkan alat, bahkan menutup kulkas pun tak boleh pakai kaki. Ini adalah very quiet, silent kitchen,” jelas Budi.

Atmosfer dapur terbuka ini menciptakan kesan seolah tamu sedang menyaksikan pertunjukan memasak yang penuh keharmonisan. Untuk menjaga stamina dan performa para kru, August menerapkan manajemen waktu kerja yang bijak. Jika sebelumnya beroperasi dari Selasa hingga Minggu, kini August menutup operasional setiap Minggu dan Senin demi memberikan waktu istirahat yang cukup bagi tim.

“Mereka dituntut tampil optimal, maka kami berikan waktu untuk rehat. Tujuannya bukan hanya agar bisnis ini sustain, tapi juga agar tim di dalamnya bisa bertahan dan berkembang,” tutup Budi.

Exit mobile version