NewsRepublik.com, Ekonomi – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengajukan tuntutan penerapan tarif impor minimum sebesar 15% hingga 20% terhadap produk-produk asal Uni Eropa.
Dilansir dari CNBC dan dikutip Financial Times, Sabtu (19/7/2025), sumber menyebutkan bahwa Trump meningkatkan tekanannya setelah beberapa pekan negosiasi mengenai potensi kesepakatan kerangka tarif.
Dengan tenggat waktu yang ditetapkan Trump hingga 1 Agustus tinggal kurang dari dua pekan, proses perundingan antara Washington dan Brussels dikabarkan mengalami kebuntuan.
Sebelumnya, Uni Eropa berharap dapat mencapai kesepakatan serupa dengan Inggris, yakni mempertahankan tarif dasar 10% disertai sejumlah pengecualian sektoral.
Trump kerap menyuarakan kekhawatirannya terkait surplus perdagangan barang Uni Eropa terhadap AS yang mencapai 198 miliar euro atau sekitar USD 231 miliar. Nilai tersebut setara dengan Rp3.767 triliun (mengacu pada kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.311).
Namun, pejabat Uni Eropa menilai neraca perdagangan lebih seimbang jika mempertimbangkan sektor jasa dan investasi. Mereka juga menyatakan komitmennya untuk meningkatkan impor minyak dan gas dari AS guna menekan defisit tersebut.
CNBC telah menghubungi Komisi Eropa, sebagai badan eksekutif Uni Eropa, untuk meminta tanggapan resmi atas laporan ini.
Di sisi lain, Trump juga dilaporkan tengah menyiapkan kebijakan tarif khusus untuk sejumlah sektor industri yang akan diterapkan bersamaan dengan bea masuk berdasarkan negara asal dalam dua pekan mendatang. Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi AS untuk menata ulang posisinya dalam sistem perdagangan global serta menjatuhkan sanksi terhadap praktik impor tertentu.
AS Siapkan Tarif Impor 50% untuk Tembaga
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5263416/original/076745300_1750821845-donald_trump4.jpg)
Mengutip laporan Yahoo Finance, pemerintah Amerika Serikat dikabarkan akan segera merilis rincian kebijakan tarif impor sebesar 50% terhadap produk tembaga dalam beberapa hari ke depan. Kebijakan ini direncanakan mulai berlaku pada 1 Agustus, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Tanggal tersebut bertepatan dengan dimulainya penerapan apa yang disebut sebagai “pungutan timbal balik” terhadap produk dari lebih dari 100 negara.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pada Selasa bahwa pihaknya akan mengenakan tarif terhadap produk farmasi pada akhir bulan ini. Ia juga mengindikasikan bahwa bea masuk untuk produk semikonduktor kemungkinan segera diberlakukan.
Salah satu sumber yang dekat dengan proses tersebut menyebutkan bahwa setelah tembaga, tim Trump tengah mempertimbangkan pengumuman kebijakan tarif untuk produk kayu, serpihan kayu, mineral penting, serta obat-obatan. Meski begitu, urutan pengumuman tersebut masih bisa berubah.
Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari penerapan tarif impor yang sebelumnya telah diberlakukan terhadap baja, aluminium, kendaraan bermotor, dan suku cadangnya. Setelah seluruh kebijakan tarif sektoral diterapkan secara penuh, diperkirakan cakupannya akan mencakup 30% hingga 70% dari total impor suatu negara. Sementara sisanya akan dikenakan bea masuk khusus berdasarkan asal negara, ungkap sumber yang memahami kebijakan tersebut.
Penerimaan Bea Masuk AS Capai Rekor USD 100 Miliar
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5263237/original/089582500_1750809712-donald_trump3.jpg)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencatat penerimaan bea masuk mencapai angka tertinggi dalam sejarah, yakni sebesar USD 100 miliar atau sekitar Rp1.630 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per USD) dalam satu tahun fiskal. Lonjakan ini dipicu oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Donald Trump.
Laporan Departemen Keuangan AS menyebutkan, lonjakan penerimaan tersebut turut mendorong terjadinya surplus anggaran yang mengejutkan sebesar USD 27 miliar pada bulan Juni.
Dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (18/7/2025), pada bulan Juni saja, pendapatan dari tarif impor melonjak empat kali lipat menjadi USD 27,2 miliar secara bruto, atau sekitar USD 26,6 miliar secara neto setelah pengembalian dana. Angka ini menjadi rekor baru dan menegaskan peran signifikan tarif sebagai sumber penerimaan negara.
“AS saat ini menikmati manfaat dari kebijakan tarif Presiden Trump,” ujar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, melalui platform media sosial X.
Bessent juga menegaskan bahwa peningkatan penerimaan ini terjadi tanpa memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun fiskal 2025, pendapatan dari bea masuk tercatat mencapai USD 108 miliar secara neto—hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pemerintah AS kini menempatkan tarif sebagai sumber pendapatan terbesar keempat setelah pajak penghasilan pribadi, pajak perusahaan, dan pajak gaji.
Kontribusi tarif terhadap total penerimaan pemerintah melonjak dari 2% menjadi 5% hanya dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
AS Catat Surplus Anggaran Juni
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2228015/original/024460700_1527246509-20180524-Ekspor-2.jpg)
Surplus anggaran Amerika Serikat (AS) pada Juni tercatat sebesar USD 27 miliar, didorong oleh peningkatan penerimaan negara sebesar 13% menjadi USD 526 miliar—level tertinggi sepanjang sejarah untuk bulan tersebut. Sementara itu, pengeluaran menurun 7% menjadi USD 499 miliar.
Namun, setelah disesuaikan dengan kalender pembayaran, realisasi anggaran Juni justru mencatat defisit sebesar USD 70 miliar. Meski demikian, angka tersebut lebih baik dibandingkan defisit USD 143 miliar yang tercatat pada Juni tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, defisit anggaran selama sembilan bulan pertama tahun fiskal 2025 mencapai USD 1,337 triliun. Angka ini naik 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan disebabkan oleh meningkatnya belanja pemerintah untuk sektor kesehatan, jaminan sosial, pertahanan, serta pembayaran bunga utang.
Di sisi lain, penerimaan negara tercatat naik 7% menjadi USD 4,008 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan lapangan kerja dan penghasilan masyarakat. Namun, belanja negara juga turut meningkat sebesar 6% menjadi USD 5,346 triliun.
Beban Utang AS Membengkak
Biaya bunga atas utang nasional Amerika Serikat (AS) selama sembilan bulan pertama tahun fiskal 2025 telah mencapai USD 921 miliar, menjadikannya pos pengeluaran terbesar dalam anggaran pemerintah. Meski beban utang meningkat, suku bunga rata-rata tetap stabil di level 3,3%.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa apabila tren saat ini berlanjut, penerimaan negara dari tarif dapat mencapai USD 300 miliar hingga akhir 2025. Namun, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa lonjakan pendapatan dari tarif ini berpotensi bersifat sementara, mengingat pelaku usaha dan konsumen dapat mengubah pola konsumsi untuk menghindari beban tambahan.
“Ada risiko pemerintah menjadi terlalu bergantung pada pendapatan dari tarif,” kata Ernie Tedeschi, ekonom dari Universitas Yale.
Kendati demikian, Presiden Donald Trump menunjukkan komitmennya terhadap kebijakan perdagangan protektif. Ia baru saja mengumumkan tarif baru sebesar 50% untuk produk asal Brasil dan 35% untuk Kanada. Selain itu, tarif tinggi tambahan terhadap produk semikonduktor dan farmasi dijadwalkan mulai diberlakukan pada 1 Agustus mendatang.