NewsRepublik.com, Teknologi – Google tengah mempersiapkan langkah strategis besar yang berpotensi mengubah peta masa depan sistem operasinya. Raksasa teknologi asal Mountain View tersebut secara resmi memberikan sinyal akan melebur dua platform andalannya: Chrome OS dan Android.
Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan ekosistem perangkat yang lebih terintegrasi, sekaligus sebagai respons terhadap dominasi Apple dengan platform lintas perangkat yang telah terhubung secara erat.
Selama ini, Android dan Chrome OS dikembangkan secara terpisah dengan fokus penggunaan yang berbeda—Android untuk perangkat seluler seperti ponsel dan tablet, sementara Chrome OS digunakan pada perangkat Chromebook. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa batas antara keduanya mulai memudar.
Mengutip laporan GizChina, Kamis (17/7/2025), Presiden Android Ecosystem Google, Sameer Samat, mengindikasikan adanya arah baru dalam wawancara bersama jurnalis TechRadar. Ia menekankan pentingnya pendekatan terpadu seperti yang dilakukan Apple, mengingat pola penggunaan konsumen yang cenderung mengandalkan berbagai perangkat secara bersamaan.
Sinyal ini semakin menguatkan spekulasi bahwa Google tengah menyiapkan fondasi menuju satu sistem operasi yang menyatukan kemampuan mobile dan desktop, demi menciptakan pengalaman pengguna yang lebih konsisten dan terintegrasi.
Android Kini Makin “Desktop Friendly”
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/686810/original/android-logo-png.png)
Dalam beberapa tahun terakhir, Android terus berevolusi menjadi lebih dari sekadar sistem operasi untuk ponsel. Google secara konsisten menyuntikkan beragam fitur yang memperkuat posisi Android sebagai platform serbaguna, bahkan untuk perangkat berlayar besar seperti tablet hingga laptop.
Salah satu langkah signifikan adalah hadirnya mode desktop penuh yang memungkinkan tampilan antarmuka menyerupai sistem operasi komputer. Tak hanya itu, dukungan terhadap aplikasi dalam bentuk jendela (windowed apps) serta peningkatan konektivitas ke layar eksternal turut mempertegas arah pengembangan Android menuju pengalaman desktop yang lebih menyeluruh.
Perpaduan fitur-fitur ini menunjukkan bahwa Android telah dirancang agar mampu menjalankan peran seperti sistem operasi laptop atau PC. Alih-alih menciptakan platform baru dari nol, Google tampaknya memilih jalur evolusi dengan mematangkan Android sebagai pengganti potensial Chrome OS.
Jika proses integrasi ini berjalan sesuai harapan, bukan tidak mungkin perangkat Android di masa depan akan menggantikan Chromebook sebagai andalan utama dalam aktivitas kerja, belajar, maupun hiburan.
Tantangan dan Kekhawatiran di Balik Rencana Google
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/976006/original/093190600_1441262128-First-Look-at-New-Opera-Mediaworks-Report-Social-in-the-Morning-News-in-the-Evening-Games-at-Supper-Time.jpg)
Meski penyatuan Android dan Chrome OS dipandang sebagai langkah strategis menuju ekosistem yang lebih terintegrasi, sejumlah tantangan dan kekhawatiran turut mencuat seiring rencana ambisius ini.
Sejumlah pengguna dan pengamat teknologi mempertanyakan kesiapan Google dalam melakukan transisi besar ini tanpa menimbulkan disrupsi. Salah satu perhatian utama adalah potensi terganggunya pembaruan sistem bagi perangkat Chromebook yang masih beredar di pasaran. Selain itu, muncul pula kekhawatiran terkait kompatibilitas perangkat keras, khususnya pada unit dengan spesifikasi terbatas.
Perubahan sistem ini juga memunculkan pertanyaan mengenai keberlanjutan dukungan jangka panjang bagi pengguna Chrome OS saat ini. Apakah perangkat yang masih aktif akan tetap mendapatkan pembaruan dan keamanan secara memadai?
Jika Google gagal menjaga keseimbangan antara fleksibilitas Android dan kesederhanaan Chrome OS, langkah penyatuan ini dikhawatirkan justru akan menimbulkan kebingungan di kalangan pengguna yang terbiasa dengan segmentasi dua platform tersebut.
Penantian Besar dan Tantangan Strategis Google
Apabila Google berhasil memadukan kekuatan, fleksibilitas, dan kesederhanaan Android ke dalam satu platform terpadu, langkah ini berpotensi menjadi tonggak penting dalam evolusi sistem operasi mobile global.
Namun, untuk merealisasikan visi tersebut, sejumlah tantangan fundamental harus dijawab. Mulai dari skema dukungan jangka panjang bagi perangkat Chromebook generasi lama, kesiapan perangkat keras terhadap integrasi sistem baru, hingga tata kelola pembaruan perangkat lunak ke depan.
Rencana besar ini juga akan menjadi penentu arah baru bagi strategi perangkat keras Google, baik untuk lini produk Pixel maupun mitra manufaktur di ekosistem Android.
Kini publik menantikan gebrakan berikutnya: apakah Google mampu menghadirkan versi Android yang benar-benar menyeluruh—sebuah sistem operasi universal yang dapat berjalan mulus di berbagai perangkat. Jika skenario ini terwujud, maka babak akhir Chrome OS kian nyata, dengan Android sebagai platform utama masa depan.