Pariwisata

Gunung Rinjani Jadi Lokasi Pilot Project Penerapan Aplikasi Pelacakan Pendaki Selama Pendakian

52
×

Gunung Rinjani Jadi Lokasi Pilot Project Penerapan Aplikasi Pelacakan Pendaki Selama Pendakian

Share this article
Gunung Rinjani Jadi Lokasi Pilot Project Penerapan Aplikasi Pelacakan Pendaki Selama Pendakian
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni memaparkan SOP baru pendakian Gunung Rinjani.

NewsRepublik.com, Pariwisata – Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengumumkan rencana penerapan aplikasi pelacakan untuk setiap pendaki di gunung-gunung yang berada di bawah naungan Balai Taman Nasional. Gunung Rinjani akan menjadi lokasi proyek percontohan (pilot project) program ini.

“Kita punya alat namanya Beacon (Beacon Personal System). Jadi, setiap pendaki nanti akan bisa di-track melalui handphone mereka,” ujar Menhut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 13 Agustus 2025.

Aplikasi pelacakan pendaki ini dikembangkan bekerja sama dengan Federasi Mountaineering Indonesia. Melalui sistem ini, posisi setiap pendaki di Gunung Rinjani dapat dipantau secara akurat.

“Jadi in case, naudzubillah, ada yang terjatuh, dengan cepat nanti kita akan tahu titiknya di mana,” jelas Menhut, seraya menyebut langkah ini sebagai upaya menuju zero accident atau peniadaan kecelakaan.

Namun, penerapan sistem ini belum bisa dilakukan untuk semua pendaki karena keterbatasan sinyal. Saat ini, pemerintah tengah melakukan pemasangan koneksi internet di Gunung Rinjani dan menargetkan akhir Agustus atau awal September 2025 sistem sudah beroperasi.

“(Pemasangan penguatan sinyal) terutama titik-titik yang memang diidentifikasi sebagai titik rawan… dari Sembalun maupun dari Pelalawan. Bahkan nanti dari kantor ini, kita akan bisa melihat, nge-track berapa orang yang naik, posisi di mana,” tambahnya.


Batal Gunakan Sistem RFID

Dampak Cuava Ekstrem, 11 Tempat Wisata Nonpendakian di Gunung Rinjani Ditutup Sementara.  foto: Instagram @btn_gn_rinjani
Dampak Cuava Ekstrem, 11 Tempat Wisata Nonpendakian di Gunung Rinjani Ditutup Sementara.  foto: Instagram @btn_gn_rinjani

Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni memastikan penggunaan aplikasi pelacakan pendaki akan menggantikan rencana awal yang memanfaatkan teknologi RFID. Keputusan ini diambil karena aplikasi dinilai lebih efisien.

“Ternyata kurang efisien (RFID) karena pembelian alatnya, terus nanti dipasang. Kalau ini, semua insya Allah punya handphone. Bisa diswitch on di sana, (langsung) jalan,” ujarnya.

Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tetap mewajibkan setiap pendaki Gunung Semeru menggunakan gelang pelacak radio frequency identification (RFID). Teknologi ini mempermudah pelacakan lokasi pendaki, terutama saat keadaan darurat.

Melalui akun Instagram @bbtnbromotenggersemeru pada 3 Juli 2025, dijelaskan bahwa gelang pelacak tersebut dilengkapi chip mini dan antena yang mengirimkan sinyal ke menara pemancar di beberapa titik jalur pendakian. Saat pendaki berada di dekat pemancar, chip akan mengirimkan data berisi identitas pengguna dan lokasi terakhirnya.

Data tersebut dapat diakses langsung melalui sistem pusat, misalnya di pos pendakian, dan akan terkirim secara otomatis ke Kantor Resort Ranupani.


Seluruh Jalur Pendakian Gunung Rinjani Masuk Grade IV

Bukit Propok di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.
Bukit Propok di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. (dok. Instagram @en.cres/https://www.instagram.com/p/BynCoitB2yB/)

Berdasarkan analisis Kementerian Kehutanan bersama sejumlah pihak terkait, seluruh jalur pendakian Gunung Rinjani ditetapkan masuk kategori Grade IV atau sangat sulit. Enam jalur tersebut meliputi Senaru, Sembalun, Tete Batu, Aik Berik, dan Torean.

“Kalau Grade IV artinya tidak boleh pendaki pemula,” ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2025.

Penetapan grade ini mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari panjang jalur, tingkat keterjalannya, hingga potensi cuaca buruk seperti angin badai. Informasi tentang tingkat kesulitan ini akan muncul ketika pendaki mendaftar secara online. “Di situ sudah ada informasi tentang grade,” tambahnya.

Menhut Raja Juli Antoni turut mengingatkan bahwa pendakian gunung tidak boleh dilakukan hanya karena fear of missing out (FOMO). “Menurut Agam Rinjani lagi, banyak para korban baik yang kemudian jatuh dan kemudian meninggal atau yang korban cedera dan sebagainya itu karena persiapan yang kurang, karena FOMO tadi,” tegasnya.


Gunung Rinjani Terapkan SOP Baru

Selain jalur pendakian Senaru dan Sembalun, Gunung Rinjani juga memiliki jalur pendakian Torean yang sarat petualangan.
Selain jalur pendakian Senaru dan Sembalun, Gunung Rinjani juga memiliki jalur pendakian Torean yang sarat petualangan.

Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kementerian Kehutanan, Nandang Prihadi, menjelaskan bahwa dengan penetapan Gunung Rinjani sebagai Grade IV, calon pendaki wajib memiliki pengalaman mendaki di gunung lain. Untuk saat ini, pembuktiannya masih dapat dilakukan secara mandiri.

“Jadi boleh dari fotonya dia ketika di gunung atau medsos dia memperlihatkan dirinya mendaki, atau pernyataan dari pengelola gunung, dan seterusnya. Ke depan, dari arahan Pak Menteri, kita akan ada e-sertifikat yang membuktikan bahwa dia pernah mendaki,” kata Nandang.

Selain itu, setiap pendaki Rinjani diwajibkan melakukan tes kesehatan minimal di fasilitas kesehatan level 1 dan maksimal H-1 sebelum pendakian. Mereka juga harus menunjukkan hasil tes kebugaran yang dilakukan pada hari yang sama.

“Tidak bisa tiba-tiba naik gunung padahal dia enggak pernah latihan, enggak pernah jalan kaki, dan seterusnya,” ujarnya.

Pihaknya juga berencana secara bertahap menerapkan kewajiban asuransi premium, yang dapat mencakup biaya evakuasi menggunakan helikopter.

“Tapi karena banyak yang sudah daftar dan sudah membayar, itu masih diberikan pilihan, dia boleh pakai asuransi yang standar atau asuransi premium,” tambahnya.