Internasional

Korban Jiwa Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Bertambah, Total Tewas Capai 32 Orang

76
×

Korban Jiwa Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Bertambah, Total Tewas Capai 32 Orang

Share this article
Korban Jiwa Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Bertambah, Total Tewas Capai 32 Orang
Dalam foto yang dirilis Angkatan Darat Kerajaan Thailand pada Minggu (20/7/2025), sejumlah tentara terlihat memeriksa kawasan perbatasan di Provinsi Ubon Ratchathani, lokasi di mana dua ranjau darat anti-personel dilaporkan ditemukan.

NewsRepublik.com, Internasional – Jumlah korban tewas dalam konflik bersenjata di perbatasan Thailand dan Kamboja terus bertambah. Otoritas Kamboja melaporkan tambahan 12 korban jiwa, sehingga total korban meninggal dari kedua belah pihak kini mencapai 32 orang.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, mengungkapkan bahwa tujuh warga sipil dan lima personel militer telah dipastikan meninggal dunia. Sebelumnya, seorang pria dilaporkan tewas akibat serangan roket yang menghantam sebuah pagoda Buddha tempat ia berlindung pada Kamis (24/7).

Selain itu, sekitar 50 warga sipil dan lebih dari 20 prajurit Kamboja dilaporkan mengalami luka-luka.

Di sisi lain, otoritas Thailand menyebutkan bahwa 13 warga sipil, termasuk anak-anak, serta enam tentara meninggal dunia selama dua hari terakhir. Sebanyak 30 warga sipil dan 29 personel militer juga dilaporkan mengalami luka akibat serangan dari pihak Kamboja.

Mengutip laporan Al Jazeera, Sabtu (26/7/2025), surat kabar The Khmer Times menyatakan sekitar 20.000 warga telah dievakuasi dari wilayah perbatasan utara Kamboja di Provinsi Preah Vihear.

Sementara itu, lebih dari 138.000 warga Thailand turut dievakuasi dari kawasan perbatasan, dengan 300 pusat evakuasi telah dibuka. Pemerintah Thailand juga menetapkan status darurat militer di delapan distrik yang berbatasan langsung dengan Kamboja sejak Jumat (25/7).


Pemicu Konflik Thailand-Kamboja

Warga Thailand yang melarikan diri akibat bentrokan antara tentara Thailand dan Kamboja mengungsi di Provinsi Surin, Thailand, pada Kamis, (24/7/2025).

Konflik berkepanjangan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas pada Kamis (24/7), menyusul ledakan ranjau darat di kawasan perbatasan yang menyebabkan lima prajurit Thailand mengalami luka-luka.

Insiden tersebut memicu peningkatan ketegangan, dengan kedua negara saling melancarkan serangan ke wilayah masing-masing dan saling menuding sebagai pihak yang memulai eskalasi kekerasan.

Pemerintah Thailand menuduh militer Kamboja menembakkan roket jarak jauh ke wilayah sipil di Thailand, termasuk serangan terhadap sebuah stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) yang menewaskan sedikitnya enam orang.

Sebagai respons, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melancarkan serangan udara ke sejumlah sasaran di wilayah Kamboja, termasuk sebuah pagoda Buddha yang menyebabkan satu korban jiwa dari kalangan warga sipil.

Sementara itu, pihak Kamboja menuduh Thailand menggunakan munisi cluster — jenis senjata yang kontroversial dan telah dikecam secara luas oleh komunitas internasional — serta menyatakan tindakan tersebut sebagai pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional.


Thailand Tuding Kamboja Lakukan Kejahatan Perang

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, pada Jumat (25/7) menyatakan bahwa Kamboja diduga telah melakukan kejahatan perang menyusul jatuhnya korban sipil dan kerusakan fasilitas medis, termasuk sebuah rumah sakit.

Menanggapi eskalasi konflik tersebut, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar rapat darurat tertutup di Markas Besar PBB, New York, pada Jumat malam waktu setempat. Namun, pertemuan tersebut tidak menghasilkan pernyataan resmi.

Kantor berita Associated Press mengutip seorang diplomat Dewan Keamanan yang tidak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa seluruh 15 anggota dewan mendesak kedua pihak untuk segera menurunkan ketegangan, menahan diri, dan menyelesaikan perselisihan melalui jalur damai.