NewsRepublik.com, Kesehatan – Kekurangan zat besi dalam tubuh, atau yang dikenal sebagai anemia defisiensi besi, dapat menimbulkan berbagai gejala. Selain pusing dan wajah yang tampak pucat, berikut adalah gejala lainnya:
- Penurunan nafsu makan, terutama pada anak-anak.
- Makanan terasa aneh atau tidak seperti biasanya.
- Kelelahan yang tidak membaik meskipun sudah cukup istirahat.
- Kesemutan atau rasa tidak nyaman pada kaki.
- Sesak napas dan nyeri dada, terutama saat beraktivitas.
- Restless leg syndrome, yaitu sensasi tidak nyaman pada kaki saat beristirahat.
- Lidah membengkak atau terasa nyeri, serta kesulitan menelan.
- Rambut rontok dan kuku mudah rapuh atau patah.
- Rasa dingin pada tangan dan kaki.
- Telinga berdenging.
- Luka pada sudut mulut (angular cheilitis).
“Anemia defisiensi besi terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi, sehingga tidak dapat memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup untuk membentuk sel darah merah. Hemoglobin sangat penting dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh,” jelas Dr. Ivan Banjuradja, dokter spesialis penyakit dalam di RS EMC Pulomas, dalam wawancara dengan EMC pada Senin (14/7/2025).
Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh pendarahan, kehamilan, atau gangguan penyerapan zat besi. Penanganan anemia defisiensi besi dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi, baik melalui makanan maupun suplemen. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi zat besi seperti daging merah, sayuran hijau, dan ikan.
Jika kadar zat besi dalam tubuh sangat rendah, dokter biasanya akan meresepkan suplemen. Jika penyebabnya adalah pendarahan, seperti akibat polip atau miom, tindakan operasi mungkin diperlukan. Pada kasus gangguan penyerapan, pengobatan dilakukan dengan obat khusus.
Jika kondisi tidak membaik dengan pengobatan awal, transfusi darah dapat menjadi langkah lanjutan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat.
Dampak Jika Tidak Segera Ditangani
Jika tidak ditangani dengan cepat, anemia defisiensi besi dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.
Anemia defisiensi besi yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan jangka panjang. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
Kelahiran Prematur
Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi secara prematur atau dengan berat badan lahir rendah.
Untuk menjaga kehamilan yang sehat, ibu hamil dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat besi melalui pola makan yang seimbang dan suplemen yang direkomendasikan oleh dokter.
Peningkatan Risiko Infeksi
Anak-anak yang menderita anemia defisiensi besi cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi.
Untuk mencegah hal ini, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat dianjurkan, diikuti dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya akan zat besi, seperti sereal yang telah difortifikasi.
Masalah Pertumbuhan
Anemia yang terjadi pada bayi dan anak-anak dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan mereka.
Anak-anak yang mengalami anemia defisiensi besi mungkin mengalami hambatan pertumbuhan, yang terlihat dari postur tubuh dan berat badan yang tidak sesuai dengan usianya.
Kelelahan Kronis dan Penurunan Konsentrasi
Kekurangan hemoglobin menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh, yang mengakibatkan tubuh mudah merasa lelah, bahkan setelah istirahat yang cukup. Kelelahan ini sering disertai dengan pusing, lemas, dan penurunan kemampuan konsentrasi, terutama pada orang dewasa aktif dan pelajar.
Masalah pada Jantung
Anemia defisiensi besi membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, guna memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan aritmia, pembesaran jantung, hingga gagal jantung.












