Teknologi

NASA dan Google Kembangkan ‘Dokter AI’ untuk Dukung Kesehatan Astronaut di Luar Angkasa

32
×

NASA dan Google Kembangkan ‘Dokter AI’ untuk Dukung Kesehatan Astronaut di Luar Angkasa

Share this article
NASA dan Google Kembangkan ‘Dokter AI’ untuk Dukung Kesehatan Astronaut di Luar Angkasa
Ilustrasi astronaut. (NASA)

NewsRepublik.com, TeknologiNASA semakin intensif mempersiapkan misi ruang angkasa jangka panjang yang ditargetkan membawa manusia kembali ke bulan hingga menuju Mars.

Salah satu tantangan terbesar dari misi tersebut adalah menjaga kondisi kesehatan para kru, meski harus menetap jauh dari Bumi selama bertahun-tahun.

Menurut laporan Digital Trends, Jumat (22/8/2025), NASA menggandeng Google untuk menciptakan sistem bernama Crew Medical Officer Digital Assistant (CMO-DA), yakni asisten medis digital berbasis kecerdasan buatan (AI).

“Inovasi ‘Dokter AI’ ini dikembangkan sebagai Clinical Decision Support System (CDSS) yang berfungsi membantu kru dalam mendiagnosis sekaligus menangani persoalan kesehatan, terutama ketika komunikasi langsung dengan dokter di Bumi tidak dimungkinkan,” tulis laporan tersebut.

Google menjelaskan, teknologi ini memanfaatkan natural language processing serta machine learning guna menganalisis kondisi kesehatan kru secara real-time.

Dengan sistem tersebut, astronaut dapat memperoleh panduan medis berbasis data tanpa harus menunggu instruksi dari Bumi yang sering tertunda akibat jarak jutaan kilometer.


Cara Kerja ‘Dokter AI’ di Misi Luar Angkasa

Peneliti Clay Wang (USC) dan Kasthuri Venkateswaran (NASA) mencoba menciptakan obat baru di ISS. (Sumber news.usc.edu)
Peneliti Clay Wang (USC) dan Kasthuri Venkateswaran (NASA) mencoba menciptakan obat baru di ISS. (Sumber news.usc.edu)

Google menjelaskan, Crew Medical Officer Digital Assistant (CMO-DA) dirancang untuk berfungsi layaknya asisten medis pribadi. Sistem ini dilatih menggunakan literatur medis penerbangan luar angkasa serta memanfaatkan prediksi berbasis data guna memberikan rekomendasi diagnosis maupun perawatan.

Astronaut dapat memanfaatkan antarmuka multimodal untuk melaporkan gejala yang mereka alami. Berdasarkan data tersebut, AI kemudian menyajikan langkah medis yang diperlukan, mulai dari penanganan luka hingga prosedur darurat seperti intubasi atau pemberian cairan intravena.

Uji awal menunjukkan teknologi ini mampu mengenali gejala sekaligus memberikan saran medis secara andal. Beberapa diagnosis bahkan dinilai setara dengan hasil konsultasi langsung bersama dokter.

Apabila pengembangan ini berhasil disempurnakan, sistem tersebut diproyeksikan menjadi elemen penting dalam menjaga kesehatan kru selama misi ke bulan maupun Mars yang berpotensi berlangsung hingga bertahun-tahun.


Dukungan Tenaga Medis Bumi Tetap Dibutuhkan

ilustrasi bumi. (NASA)
ilustrasi bumi. (NASA)

Kendati teknologi kecerdasan buatan dinilai menjanjikan, NASA tidak serta-merta menyerahkan kendali penuh kepada sistem AI.

Badan antariksa tersebut tetap melibatkan tim dokter untuk menguji sekaligus memverifikasi akurasi Crew Medical Officer Digital Assistant (CMO-DA) sebelum digunakan dalam misi jangka panjang.

Langkah ini bertujuan memastikan rekomendasi medis yang dihasilkan benar-benar sejalan dengan standar kesehatan modern serta dapat diandalkan pada kondisi darurat.

Google menegaskan, CMO-DA tidak dirancang menggantikan peran dokter di Bumi, melainkan berfungsi sebagai asisten bagi kru ketika komunikasi dengan pusat kendali terhambat atau mengalami jeda waktu.

Dengan analisis data kesehatan secara real-time, sistem ini diharapkan menambah lapisan dukungan dalam pengambilan keputusan medis berbasis bukti.

Apabila pengembangannya berhasil, teknologi serupa berpotensi diadaptasi untuk kebutuhan di Bumi, khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau layanan medis konvensional.


Menuju Era Misi Bulan dan Mars

Misi Apollo 11 di permukaa Bulan (NASA)
Misi Apollo 11 di permukaa Bulan (NASA)

NASA tengah menyiapkan program Artemis yang dirancang untuk memungkinkan astronaut tinggal lebih lama, baik di orbit maupun di permukaan bulan.

Lebih jauh ke depan, misi ke Mars diproyeksikan mulai dieksplorasi pada dekade 2030-an. Skenario tersebut menuntut kesiapan medis yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan yang selama ini dijalankan di International Space Station (ISS).

Dengan dukungan kecerdasan buatan di bidang medis, kru tidak lagi sepenuhnya bergantung pada instruksi dokter di Bumi. Mereka dapat memperoleh penanganan cepat yang berpotensi menyelamatkan nyawa.

Kolaborasi antara NASA dan Google menunjukkan bagaimana teknologi AI mulai memasuki salah satu aspek paling krusial dalam eksplorasi luar angkasa, yakni keselamatan manusia.

Apabila berhasil diterapkan, “dokter AI” berpotensi menjadi tonggak baru dalam sejarah misi ruang angkasa sekaligus memberi inspirasi bagi penerapan AI di sektor kesehatan global.