NewsRepublik.com, Pariwisata – Gunung Fuji, gunung tertinggi di Jepang, selalu menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Tak hanya menawarkan panorama dari kaki gunung di Level 5, banyak pula yang tertarik untuk menaklukkannya langsung.
Dikutip dari Japan Today, Minggu (6/7/2025), musim pendakian resmi Gunung Fuji dibuka setiap awal Juli dan berakhir pada awal September. Di luar periode tersebut, seluruh jalur pendakian ditutup untuk umum.
Terdapat empat jalur resmi menuju puncak Gunung Fuji, yakni Yoshida (kuning), Subashiri (merah), Gotemba (hijau), dan Fujinomiya (biru). Jalur pendakian dibagi dalam 10 pos, dan mayoritas pendaki memulai perjalanan dari stasiun kelima masing-masing jalur.
Jalur Yoshida yang berada di Prefektur Yamanashi menjadi pilihan favorit pendaki pemula karena rutenya dinilai paling ramah dan padat pengunjung. Pendakian memakan waktu sekitar enam jam, sementara perjalanan turun membutuhkan waktu sekitar empat jam.
Sementara itu, jalur Subashiri yang terletak di Prefektur Shizuoka lebih cocok bagi pendaki berpengalaman dengan tingkat keahlian menengah. Rute diawali dari kawasan hutan dan membutuhkan waktu enam jam untuk naik serta tiga jam untuk turun.
Mengenal Dua Jalur Lain Gunung Fuji
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3437031/original/029142800_1619098080-000_98H99X.jpg)
Jalur Gotemba yang juga berada di Prefektur Shizuoka direkomendasikan bagi pendaki berpengalaman. Perjalanan menuju puncak melalui jalur ini memakan waktu sekitar tujuh jam. Menariknya, saat menuruni jalur Gotemba, pendaki dapat menikmati sensasi meluncur di atas pasir vulkanik, yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Satu lagi adalah Jalur Fujinomiya, juga berlokasi di Prefektur Shizuoka. Ini merupakan jalur terpendek menuju puncak Gunung Fuji dengan waktu pendakian sekitar lima jam. Meski bisa diakses oleh pendaki pemula, rute ini memiliki karakteristik lebih terjal dan berbatu, sehingga tetap menantang.
Setelah memilih jalur yang sesuai, pendaki—khususnya pemula—wajib memahami dan mematuhi peraturan yang berlaku. Mulai tahun 2025, pendakian Gunung Fuji dilarang bagi mereka yang tidak memiliki reservasi penginapan antara pukul 14.00 hingga 03.00 guna mencegah pendakian malam hari.
Adapun biaya pendakian resmi kini ditetapkan sebesar 4.000 yen atau sekitar Rp450 ribu per orang, tanpa batasan usia. Seluruh pendaki juga diwajibkan melakukan registrasi melalui aplikasi daring sebelum memulai perjalanan.
Panduan Waktu Terbaik
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5202247/original/082413300_1745894422-000_34ZP396.jpg)
Untuk jalur Yoshida, jumlah pendaki dibatasi maksimal 4.000 orang per hari. Reservasi dapat dilakukan melalui laman resmi di https://www.asoview.com/channel/tickets/r0Gpg8xllI/. Petugas Gunung Fuji maupun staf prefektur berwenang menolak pendaki yang tidak membawa perlengkapan maupun perbekalan memadai.
Sementara itu, bagi pendaki yang memilih jalur di wilayah Prefektur Shizuoka, reservasi wajib dilakukan terlebih dahulu melalui aplikasi resmi Shizuoka Fuji Navi. Para pendaki juga diwajibkan mengikuti seminar keselamatan secara langsung atau melalui e-learning sebelum memulai pendakian.
Setelah proses registrasi selesai, pendaki perlu menunjukkan kode QR kepada petugas di titik masuk. Informasi lengkap mengenai karakteristik setiap jalur tersedia di situs web resmi pendakian Gunung Fuji.
Gunung Fuji biasanya paling padat antara 20 Juli hingga akhir Agustus, saat cuaca relatif stabil dan bertepatan dengan libur musim panas. Disarankan untuk mendaki di hari kerja dan menghindari periode libur Obon pada 13–15 Agustus guna mengurangi risiko kepadatan.
Meski berada dalam musim pendakian resmi, kondisi cuaca di Gunung Fuji bisa berubah drastis. Suhu dapat turun signifikan, disertai angin kencang dan hujan mendadak, terutama menjelang puncak. Oleh karena itu, penting untuk memantau prakiraan cuaca dan mempersiapkan diri dengan perlengkapan yang sesuai.
Tips Menyaksikan Matahari Terbit
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4569610/original/087975800_1694269640-000_33UB6GB.jpg)
Salah satu alasan utama pendaki menaklukkan Gunung Fuji adalah untuk menyaksikan matahari terbit dari puncaknya, fenomena yang dikenal sebagai goraikou. Berikut sejumlah tips yang dapat diterapkan agar pengalaman tersebut maksimal:
-
Mulai pendakian pada sore hari dan beristirahat di pondok gunung, lalu lanjutkan menuju puncak selepas tengah malam.
-
Bisa juga memilih terus mendaki sejak sore tanpa beristirahat panjang.
-
Jika memerlukan waktu istirahat, disarankan menginap di pondok gunung.
-
Perlu diingat, suhu di puncak sebelum fajar bisa mencapai 0℃, dan akan terasa jauh lebih dingin saat tubuh tidak bergerak.
Di sisi lain, pemerintah Jepang pada awal 2025 sempat merilis panduan mitigasi menghadapi potensi letusan Gunung Fuji. Meskipun belum ada indikasi letusan dalam waktu dekat, Gunung Fuji tetap dikategorikan sebagai gunung berapi aktif dan berpotensi membahayakan.
Dikutip dari CNN, Sabtu (29/3/2025), letusan terakhir Gunung Fuji tercatat 318 tahun lalu, dikenal sebagai letusan Hoei. Dalam panduan tersebut, pemerintah menekankan pentingnya warga berlindung di rumah serta menyiapkan pasokan kebutuhan pokok untuk dua pekan.
Diperkirakan, jika terjadi letusan besar, Gunung Fuji dapat memuntahkan sekitar 1,7 miliar meter kubik abu vulkanik, dengan 490 juta meter kubik di antaranya berpotensi menutupi jalan, bangunan, hingga kawasan permukiman. Akibatnya, langit bisa berubah gelap gulita oleh abu vulkanik, bahkan di siang hari.