Pariwisata

Rekor Baru, Kunjungan Wisman ke Jepang Tembus 21,5 Juta hingga Pertengahan 2025

54
×

Rekor Baru, Kunjungan Wisman ke Jepang Tembus 21,5 Juta hingga Pertengahan 2025

Share this article
Rekor Baru, Kunjungan Wisman ke Jepang Tembus 21,5 Juta hingga Pertengahan 2025
Pengunjung berjalan di sepanjang tujuan wisata di Kyoto, Jepang barat, Senin (13/3/2023). Taman hiburan di Jepang seperti Tokyo Disneyland, Kereta Api Jepang dan operator bioskop Toho termasuk di antara perusahaan besar yang mengizinkan pelanggan untuk tidak menggunakan masker mulai Senin. (Kyodo News via AP)

NewsRepublik.com, PariwisataJepang kembali mencatat rekor kunjungan wisatawan mancanegara pada paruh pertama 2025, mencapai 21,5 juta orang. Data tersebut dirilis pemerintah pada Rabu, 16 Juli 2025, menunjukkan minat wisatawan tetap tinggi meski di luar musim puncak. Jumlah ini melampaui rekor tahun lalu sebesar 17,78 juta kunjungan, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang.

Pada Juni 2025 saja, jumlah wisman mencapai 3,38 juta, meningkat 7,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sekaligus menjadi angka tertinggi sepanjang sejarah untuk bulan tersebut.

Korea Selatan menjadi penyumbang wisatawan terbesar dengan 4,8 juta orang, disusul China 4,7 juta, dan Taiwan 3,3 juta. Semua pasar mencatatkan kenaikan, dengan Tiongkok melesat 53,5 persen dibandingkan tahun lalu.

Lonjakan kunjungan ini turut memunculkan persoalan baru, seperti overtourism yang berdampak pada kualitas hidup warga di sejumlah destinasi populer.


Pengeluaran Wisman ke Jepang

Pengeluaran wisatawan mancanegara di Jepang pada April–Juni 2025 tercatat mencapai sekitar 2,5 triliun yen (sekitar Rp274,7 miliar), meningkat 18,0 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, menurut estimasi Badan Pariwisata Jepang. Wisatawan asal Tiongkok mendominasi dengan kontribusi 20,4 persen atau setara 516 miliar yen dari total pengeluaran.

Di posisi kedua, wisatawan Amerika Serikat mencatatkan pengeluaran sebesar 357 miliar yen, disusul Taiwan dengan 292 miliar yen. Rata-rata pengeluaran per orang mencapai 239.000 yen (sekitar Rp26 juta). Wisatawan asal Inggris menjadi yang paling boros dengan rata-rata 444.000 yen, diikuti Italia 398.000 yen, dan Jerman 396.000 yen.

Pada waktu hampir bersamaan, pemerintah Jepang membentuk badan administratif baru pada Rabu, 15 Juli 2025, untuk merespons kekhawatiran publik atas lonjakan jumlah orang asing dalam beberapa tahun terakhir. Badan tersebut akan bertindak sebagai “menara kendali” lintas lembaga dalam menangani isu seperti kejahatan dan overtourism yang melibatkan warga negara asing, demikian dilaporkan CNA.


Jepang Perketat Aturan bagi Warga Asing

Jepang selama ini mempertahankan homogenitas penduduk lewat undang-undang imigrasi yang ketat, namun perlahan melonggarkan kebijakan demi mengatasi penyusutan dan penuaan tenaga kerja. Tahun lalu, jumlah warga negara asing mencapai rekor sekitar 3,8 juta orang, setara tiga persen dari total populasi.

Pembentukan badan administratif baru ini menyusul usulan sejumlah anggota parlemen Partai Demokrat Liberal (LDP) pimpinan Perdana Menteri Shigeru Ishiba pada Juni lalu, yang mendorong langkah-langkah untuk menciptakan “masyarakat yang tertib dan harmonis dalam hidup berdampingan dengan warga asing.”

Rencana tersebut meliputi penerapan persyaratan lebih ketat bagi warga asing yang ingin menukar surat izin mengemudi (SIM) dengan SIM Jepang, serta pengaturan lebih ketat untuk pembelian properti.

“Kejahatan dan perilaku tidak tertib sebagian warga asing, serta penyalahgunaan berbagai sistem administrasi, telah menimbulkan rasa tidak nyaman dan kerugian bagi masyarakat,” ujar Ishiba saat peluncuran badan tersebut.

Kekhawatiran atas masuknya warga asing, baik sementara maupun permanen, turut memicu naiknya popularitas partai populis kecil Sanseito, yang mengusung agenda “Japanese First,” menurut jajak pendapat terbaru.


Isu Kebakaran Gedung di Jepang

Sebuah insiden kebakaran di Kota Hikone, Prefektur Shiga, Jepang, menjadi sorotan setelah video yang beredar di TikTok disertai klaim bahwa kejadian tersebut dipicu kelalaian tenaga kerja Indonesia (TKI). Dalam narasi yang beredar, TKI tersebut diduga mabuk dan meninggalkan kompor menyala saat memasak mi instan pada dini hari.

Menanggapi isu yang ramai diperbincangkan publik, KJRI Osaka merilis klarifikasi resmi usai berkomunikasi langsung dengan kepolisian dan pemilik gedung terdampak. Pihak KJRI menyatakan telah menerima laporan mengenai kebakaran tersebut dan segera berkoordinasi dengan Kepolisian Hikone serta Sekolah Kansai Chubu Kokusai Gakuin, pemilik gedung yang terbakar.

Gedung dua lantai yang terbakar sebagian itu diketahui menjadi lokasi pelatihan dan asrama peserta magang, termasuk warga negara Indonesia (WNI). “Sampai saat ini, Kepolisian Hikone belum dapat menyampaikan informasi penyebab kebakaran karena penyelidikan masih berlangsung,” tulis KJRI Osaka dalam pernyataan resmi, Kamis, 17 Juli 2025.

KJRI Osaka juga memastikan sekitar 30 siswa WNI berada di sekolah tersebut, dengan tiga orang di antaranya mengalami luka-luka akibat kebakaran. Ketiganya telah mendapatkan perawatan medis.