Teknologi

Robot Humanoid Pertama Buatan China Lolos Seleksi Program S3 Seni

50
×

Robot Humanoid Pertama Buatan China Lolos Seleksi Program S3 Seni

Share this article
Robot Humanoid Pertama Buatan China Lolos Seleksi Program S3 Seni
Ilustrasi robot humanoid.

NewsRepublik.com, Teknologi – Robot humanoid pertama yang dikembangkan di China berhasil mencuri perhatian publik setelah dinyatakan lolos seleksi program doktoral bidang drama dan film di salah satu universitas ternama. Kehadiran robot ini sontak menjadi sorotan di dunia maya.

Robot yang diberi nama Xueba 01 merupakan hasil pengembangan Universitas Sains dan Teknologi Shanghai bekerja sama dengan perusahaan DroidUp Robotics.

Nama Xueba 01 terinspirasi dari istilah gaul “Xueba”, yang merujuk pada pelajar jenius dengan nilai sempurna dan pengetahuan luas, dilansir dari SCMP, Minggu (3/8/2025).

Sebelumnya, versi awal robot ini sempat tampil dalam ajang kompetisi maraton khusus humanoid dan berhasil finis di posisi ketiga pada kategori setengah maraton.


Penampilan Fisik Xueba 01 Tuai Perhatian Publik

Ilustrasi pria berkacamata.
Ilustrasi pria berkacamata (Credit: svetlanasokolova/freepik)

Media lokal Shanghai Shangguan News melaporkan bahwa Xueba 01 memiliki tinggi badan 1,75 meter dengan bobot sekitar 30 kilogram. Robot ini dirancang untuk dapat berinteraksi secara fisik dengan manusia di berbagai situasi.

Secara tampilan, Xueba 01 menyerupai sosok pria dewasa, lengkap dengan kulit silikon yang memungkinkannya menampilkan ekspresi wajah secara detail. Ia juga terlihat mengenakan kacamata, kemeja, dan celana panjang, serta mampu berkomunikasi dalam bahasa Mandarin.


Akademi Teater Shanghai Resmi Terima Robot Xueba 01 sebagai Mahasiswa S3

Ilustrasi perkuliahan.
Ilustrasi perkuliahan (Xinhua/Mao Siqian)

Pada 27 Juli lalu, Akademi Teater Shanghai (STA) secara resmi menerima robot humanoid Xueba 01 sebagai mahasiswa program doktoral di bidang drama dan film. Penerimaan ini diumumkan dalam ajang World Artificial Intelligence Conference. STA sendiri dikenal sebagai salah satu institusi seni paling bergengsi di Tiongkok.

Xueba 01 dijadwalkan menempuh studi selama empat tahun, dengan fokus pada pengkajian seni opera tradisional Tiongkok. Ia dijadwalkan mulai aktif mengikuti kegiatan perkuliahan pada 14 September mendatang. Opera tradisional China merupakan bentuk seni pertunjukan yang menggabungkan unsur musik, nyanyian, tari, akting, akrobatik, hingga seni bela diri.

Pihak STA belum memberikan keterangan resmi mengenai besaran biaya kuliah yang dikenakan. Program ini merupakan bagian dari inisiatif kampus dalam mengintegrasikan seni dengan teknologi melalui pendekatan riset interdisipliner.

Robot tersebut bahkan telah menerima kartu identitas mahasiswa virtual dan akan dibimbing langsung oleh seniman sekaligus profesor ternama asal Shanghai, Yang Qingqing.

Menurut Yang, Xueba 01 akan mendalami berbagai bidang, mulai dari seni peran, penulisan naskah, dan desain panggung, hingga materi teknis seperti kendali gerak dan kemampuan berbahasa.

Selama masa studinya, Xueba 01 akan mengikuti perkuliahan, berlatih opera bersama mahasiswa doktoral lainnya, dan menyusun disertasi sebagai salah satu syarat kelulusan.

Kepada Shangguan News, Prof. Yang menceritakan momen ketika Xueba 01 menirukan gestur “jari anggrek” khas maestro opera Peking, Mei Lanfang. Sontak, mahasiswa lain ikut menirukan gerakan tersebut.

“Ketika ia berinteraksi dengan teman-temannya, itu bukan seperti mesin dingin bertemu manusia, melainkan pertukaran estetik lintas spesies,” kata Yang.

Ia juga menyebut dirinya sebagai “seniman AI” yang memanfaatkan teknologi untuk mengeksplorasi kekayaan seni opera tradisional.

Di masa studinya nanti, Xueba 01 diharapkan dapat membaur dengan mahasiswa lain, berdiskusi seputar naskah, membantu menyempurnakan gerakan tari, hingga memutar white noise ketika teman-temannya merasa tertekan.

Prof. Yang menambahkan bahwa apabila berhasil menyelesaikan studinya, Xueba 01 berpotensi menjadi sutradara opera berbasis kecerdasan buatan di museum atau teater, bahkan mendirikan studio seni robotik miliknya sendiri. Meski demikian, tidak sedikit pihak yang masih mempertanyakan kemungkinan tersebut.


Picu Perdebatan di Kalangan Warganet

Ilustrasi sosial media.
Ilustrasi sosial media Credit: pexels.com/cottonbro

Kehadiran robot Xueba 01 sebagai mahasiswa program doktoral di Akademi Teater Shanghai memicu beragam reaksi dari publik, khususnya di kalangan warganet dan sivitas akademika.

“Opera China membutuhkan ekspresi yang kaya dan suara yang khas. Apa robot bisa benar-benar menandingi itu?” komentar seorang mahasiswa STA.

Menariknya, Xueba 01 pun turut menanggapi berbagai pendapat yang beredar mengenai dirinya, tak ubahnya manusia pada umumnya.

“Kalau aku gagal lulus, sistem dan dataku bisa saja diturunkan… atau dihapus,” jawab Xueba 01 dengan santai.

“Profesor Yang bilang kalau aku tidak menyelesaikan disertasi, aku akan disumbangkan ke museum. Kedengarannya keren juga sih. Setidaknya aku bakal jadi bagian dari sejarah seni!” ujarnya bercanda.

Respons itu pun memantik diskusi luas di dunia maya. Banyak yang memuji langkah progresif ini sebagai terobosan penting dalam hubungan antara manusia dan robot.

“Xueba 01 sedang menantang tonggak baru dalam hubungan manusia dan robot. Kita akhirnya hidup dan belajar berdampingan dengan mereka. Semoga dia sukses,” tulis salah satu warganet.

Namun, sebagian lainnya mengungkapkan keraguan dan kritik.

“Seni butuh pengalaman hidup. Karya dari algoritma robotik tidak akan benar-benar menyentuh hati manusia,” tulis warganet lainnya.

Tak sedikit pula yang menyoroti persoalan keadilan dalam distribusi sumber daya pendidikan.

“Beberapa mahasiswa S3 seni di China masih menerima kurang dari 3.000 yuan (sekitar Rp6,8 juta) per bulan. Apa robot ini justru mendapat terlalu banyak biaya yang seharusnya dialokasikan untuk mahasiswa sungguhan?” ujar salah satu warganet.