NewsRepublik.com, Ekonomi – Pinjaman online (pinjol) kini menjadi bagian dari perkembangan layanan keuangan digital di Indonesia. Akses yang mudah serta proses pencairan cepat membuat banyak orang tergoda menggunakannya, bahkan untuk kebutuhan konsumtif yang tidak mendesak. Namun, tanpa manajemen keuangan yang tepat, pinjol dapat menjerumuskan individu ke dalam lingkaran utang yang sulit diselesaikan.
Sejumlah kasus memperlihatkan pinjol yang awalnya dipakai untuk kebutuhan konsumtif—seperti gaya hidup maupun pembelian barang yang kurang penting—berakhir pada persoalan keuangan serius. Bunga tinggi serta denda yang diberlakukan oleh sejumlah platform, baik yang ilegal maupun resmi, kerap membuat total utang membengkak dalam waktu singkat.
Karena itu, penting bagi masyarakat memahami cara keluar dari tumpukan utang pinjol sekaligus menerapkan strategi pencegahan agar tidak kembali terjerat di masa mendatang. Tulisan ini mengulas langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi utang konsumtif pinjol, sebagaimana dilaporkan NewsRepublik.com.
Atur Skala Prioritas Utang Pinjol

Tahap penting dalam menangani utang pinjaman online adalah melakukan pendataan menyeluruh atas seluruh pinjaman yang ada. Hal ini meliputi catatan detail mengenai jumlah pokok pinjaman, besaran bunga, potensi denda keterlambatan, serta tanggal jatuh tempo masing-masing pinjaman.
Setelah seluruh informasi terkumpul, tentukan prioritas pembayaran. Biasanya, pinjaman dengan bunga tertinggi atau denda paling besar harus diselesaikan terlebih dahulu.
Metode ini dikenal dengan istilah ‘snowball’ atau ‘avalanche’ dalam pengelolaan utang, di mana fokus pada pelunasan utang dengan biaya paling mahal dapat menghemat pengeluaran dalam jangka panjang.
Di sisi lain, Perencana Keuangan Andy Nugroho menyarankan beberapa langkah untuk mencegah kondisi finansial semakin memburuk.
Menurut Andy, langkah pertama yang harus ditempuh adalah memahami total utang yang dimiliki. Ia menegaskan, idealnya cicilan utang tidak melebihi 30 persen dari pendapatan bulanan.
“Namun, dalam banyak kasus, orang justru memiliki cicilan yang jauh lebih besar dari batas aman tersebut, sehingga menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan lainnya,” ujar Andy.
Prioritaskan Pelunasan Utang

Dalam situasi terjerat pinjol, Andy menekankan agar segera menghentikan pengajuan pinjaman baru. Ia juga menegaskan pentingnya berfokus pada pelunasan utang yang sudah berjalan.
Apabila cicilan terasa memberatkan, alternatif yang bisa ditempuh antara lain menjual aset yang tidak terlalu dibutuhkan atau meminta bantuan keluarga maupun teman yang bersedia memberikan pinjaman tanpa bunga.
“Cara ini bisa meringankan beban dibandingkan terus-menerus membayar bunga pinjol yang tinggi,” ujar Andy.
Restrukturisasi Cicilan Pinjol

Beberapa penyedia pinjaman online resmi menyediakan opsi restrukturisasi bagi debitur yang mengalami kesulitan keuangan. Andy menjelaskan, peminjam yang kesulitan melunasi cicilan sebaiknya mencoba bernegosiasi dengan pihak pinjol untuk mendapatkan skema pembayaran yang lebih ringan.
“Dengan begitu, mereka bisa tetap memenuhi kewajiban tanpa harus mengorbankan kebutuhan pokok lainnya,” ujar Andy.
Meski demikian, Andy menegaskan bahwa melunasi utang saja tidaklah cukup. Setelah berhasil lepas dari jeratan pinjol, perlu ada perubahan pola pengelolaan keuangan agar tidak kembali terjebak pada perilaku konsumtif.
Menurut Andy, banyak orang menggunakan pinjol karena faktor emosional atau dorongan sesaat, seperti membeli barang yang tidak mendesak hanya demi gengsi atau mengikuti tren.
“Oleh karena itu, evaluasi pola pengeluaran dan membangun kebiasaan menabung menjadi langkah yang sangat penting setelah lepas dari utang pinjol,” tambahnya.
Pinjol untuk Kebutuhan Konsumtif Hanya Menambah Tekanan Finansial

Andy menegaskan, penggunaan pinjaman online untuk membeli barang konsumtif pada dasarnya hanya menambah beban keuangan yang tidak diperlukan.
Ia menjelaskan, barang yang diperoleh lewat pinjol mungkin tidak terlalu penting, tetapi cicilannya tetap harus dibayar dengan tambahan bunga. Sebagai contoh, Andy menyoroti renovasi rumah demi gengsi sebagai bentuk penggunaan pinjol yang tidak bijak.
“Misalnya, seseorang melihat tetangganya merenovasi rumah dan merasa tidak mau kalah. Akhirnya, dia nekat mengambil pinjol untuk memperbaiki rumahnya juga, padahal sebenarnya rumahnya masih dalam kondisi layak,” jelasnya.
Hal serupa juga berlaku untuk pembelian gawai terbaru hanya demi mengikuti tren. Menurut Andy, jika perangkat lama masih bisa digunakan, namun tetap membeli yang baru dengan pinjol hanya karena ingin terlihat up to date, maka keputusan tersebut keliru.