NewsRepublik.com, Internasional – Jumlah korban tewas akibat banjir dahsyat yang melanda Texas Tengah terus bertambah dan kini mencapai setidaknya 121 orang. Sementara itu, sekitar 170 orang lainnya masih dinyatakan hilang, menandakan upaya pencarian korban yang masih berlangsung dengan tantangan berat di tengah reruntuhan.
Pada Kamis (10/7) pagi, mengutip The Guardian, pejabat setempat di wilayah Kerr—daerah yang paling parah terdampak banjir bandang pada 4 Juli—melaporkan sebanyak 96 korban jiwa. Angka ini sama dengan laporan pada Rabu (9/7) malam.
Sersan Jonathan Lamb dari Kepolisian Kerrville menyampaikan, dari total korban tewas di wilayah tersebut, 60 orang adalah dewasa dan 36 lainnya adalah anak-anak. Wilayah ini juga mencatat 161 orang hilang, termasuk lima peserta perkemahan dan satu konselor dari Camp Mystic.
Laporan CBS News menyebutkan bahwa pencarian terhadap lebih dari 170 orang yang masih hilang telah memasuki hari ketujuh pada Kamis (10/7), dengan jumlah korban jiwa yang terus meningkat.
Operasi pencarian yang dilakukan pihak berwenang masih berfokus pada menemukan korban yang hilang di reruntuhan akibat badai dahsyat akhir pekan lalu. Badai tersebut menyebabkan Sungai Guadalupe meluap secara ekstrem.
Di Kerr County sendiri, yang terletak di Texas Hill Country dan berada di sebelah barat Austin, tercatat 161 orang hilang. Wilayah ini menjadi pusat dampak terberat bencana. Selain itu, terdapat sekitar 10 orang lainnya yang masih hilang di daerah lain di Texas.
Pemakaman Korban Banjir Bandang Texas
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5277665/original/040889900_1752042004-20250709-Foto_Udara_Texas-AFP_6.jpg)
Para pelayat menggelar prosesi penghormatan terakhir untuk korban banjir bandang yang melanda Texas Tengah, di San Antonio, pada 7 Juli 2025.
Pembaruan Kamis (10/7) pagi ini muncul sehari setelah Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), Kristi Noem, mengungkapkan rencana perombakan Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA). Beberapa minggu lalu, mantan Presiden Donald Trump berjanji akan mulai “menghapuskan” FEMA dan mengalihkan wewenangnya ke tingkat negara bagian.
“Kami sedang merampingkan dokumen-dokumen FEMA yang lama, menyesuaikan dengan visi yang Anda harapkan tentang operasional FEMA,” ujar Noem pada Rabu (9/7). Ia juga menambahkan bahwa solidaritas warga Amerika pasca-bencana menunjukkan bukti bahwa “Tuhan menciptakan kita untuk saling menjaga,” menurut laporan Associated Press.
Pada awal Juni, Trump menyatakan niatnya untuk “menghentikan FEMA,” yang terus diulang oleh Noem dan Trump. Namun, para ahli memperingatkan bahwa pembubaran badan ini dan pemindahan tanggung jawab ke tingkat negara bagian bisa meninggalkan celah dalam layanan penting saat menghadapi keadaan darurat, seperti banjir yang melanda Texas.
Michael Coen, mantan Kepala Staf FEMA di era pemerintahan Obama dan Biden, mengatakan kepada Associated Press bahwa dorongan dari Gedung Putih ini menimbulkan kekhawatiran soal bagaimana negara bagian akan merencanakan masa depan jika pemerintah federal tidak lagi hadir dalam tanggap darurat.
Donald Trump Nyatakan Banjir Texas sebagai Bencana Besar
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5277667/original/082862300_1752042005-20250709-Foto_Udara_Texas-AFP_8.jpg)
Pada Minggu (6/7), mantan Presiden Donald Trump menyebut banjir di Texas sebagai “bencana besar” dan memerintahkan pengiriman sumber daya federal tambahan untuk mendukung upaya penyelamatan dan pemulihan di wilayah terdampak. Berbagai pejabat dan sumber daya dari FEMA dikerahkan ke Texas untuk membantu proses tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) juga mengerahkan sejumlah lembaga, termasuk Penjaga Pantai AS dan unit taktis patroli perbatasan, untuk memperkuat operasi penyelamatan dan pemulihan.
Pada Kamis (10/7), FEMA membentuk satuan tugas khusus di Center Point, Texas, guna melanjutkan operasi pencarian korban banjir.
Sersan Jonathan Lamb dari kepolisian setempat menyampaikan bahwa lebih dari 2.100 personel saat ini berada di lapangan, membantu proses pencarian dan penyatuan kembali keluarga korban. Tim pemadam kebakaran dari Meksiko pun turut bergabung dalam upaya ini.
Meski jumlah jenazah dan orang hilang cenderung stagnan, warga mulai kembali ke properti mereka untuk menilai kerusakan. Trump dan istrinya dijadwalkan mengunjungi wilayah terdampak pada Jumat (10/7).
Salah satu lokasi terdampak parah adalah Camp Mystic, sebuah perkemahan Kristen khusus perempuan di tepi Sungai Guadalupe, yang hancur akibat banjir, menewaskan sejumlah gadis muda.
Namun, di tengah upaya pemulihan, muncul pertanyaan soal kesiapan wilayah setempat menghadapi bencana. Beberapa laporan media menyoroti sistem peringatan di daerah tersebut, mempertanyakan efektivitas pemberitahuan kepada warga terkait kenaikan air yang sangat cepat.
Sebuah laporan Associated Press pada Rabu (9/7) menyebutkan bahwa sejumlah lembaga negara bagian dan lokal melewatkan kesempatan pendanaan untuk sistem peringatan banjir.
Texas Public Radio juga melaporkan bahwa petugas pemadam kebakaran sukarela mengirimkan peringatan darurat ke ponsel warga pukul 04.22 pagi pada Jumat (4/7), namun beberapa warga baru menerima peringatan tersebut hampir enam jam kemudian, yakni pukul 10 pagi.
 
  
 
   
									










