Kesehatan

Waspadai Tanda-Tanda Hipertensi, Penyakit Mematikan yang Kerap Tak Disadari

71
×

Waspadai Tanda-Tanda Hipertensi, Penyakit Mematikan yang Kerap Tak Disadari

Share this article
Waspadai Tanda-Tanda Hipertensi, Penyakit Mematikan yang Kerap Tak Disadari
Ilustrasi Darah Tinggi (Foto dok: Freepik/Benzoix).

NewsRepublik.com, KesehatanHipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari 1,28 miliar orang dewasa hidup dengan kondisi ini—sebagian besar di antaranya tidak menyadari atau belum mendapatkan pengobatan yang memadai.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyebut sekitar 34 persen penduduk dewasa mengalami hipertensi. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring gaya hidup tidak sehat, konsumsi garam berlebih, stres, serta kurangnya aktivitas fisik. Hipertensi diketahui sebagai pemicu utama penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Kondisi ini dikenal sebagai silent killer karena seringkali tidak menunjukkan gejala nyata hingga muncul komplikasi serius. Namun sebenarnya, tubuh tetap memberikan sinyal-sinyal awal yang kerap diabaikan.

Mengenali tanda-tanda darah tinggi sejak dini sangat penting untuk mencegah kerusakan organ permanen. Artikel ini akan mengulas gejala umum hipertensi, penyebab dan faktor risikonya, hingga upaya pengobatan dan pencegahan. Seluruh informasi dirangkum dari sumber-sumber terpercaya seperti Alodokter, buku Hypertension: Clinical Management (Elsevier), dan jurnal ilmiah The Lancet Hypertension.


Tanda-Tanda Darah Tinggi yang Sering Diabaikan

Meski sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, hipertensi tetap bisa memunculkan sejumlah keluhan saat tekanan darah mencapai level berbahaya. Sayangnya, banyak orang mengabaikan tanda-tanda ini hingga terlambat mendapatkan penanganan medis.

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Sakit Kepala dan Pusing
    Tekanan darah yang melonjak tajam dapat meningkatkan tekanan di dalam rongga kepala, memicu sakit kepala hebat dan rasa melayang.
  • Gangguan Penglihatan
    Penglihatan kabur atau ganda bisa menjadi indikasi adanya gangguan pada pembuluh darah di sekitar mata akibat tekanan darah tinggi.
  • Mimisan dan Mual
    Kondisi ini umumnya muncul saat seseorang mengalami krisis hipertensi, yakni tekanan darah yang melonjak sangat tinggi dan membutuhkan penanganan medis segera.
  • Nyeri Dada dan Sesak Napas
    Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri di dada hingga sesak napas.
  • Denyut Jantung Tidak Teratur
    Irama jantung yang tidak stabil dapat menandakan hipertensi kronis yang telah memengaruhi fungsi jantung.

American Heart Association (AHA) merekomendasikan pemeriksaan tekanan darah secara rutin setidaknya sekali setahun, terutama bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi.


Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi

Ilustrasi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Ilustrasi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi. Foto: Freepik.

Hipertensi dapat muncul tanpa penyebab jelas (primer) atau akibat penyakit lain (sekunder). Faktor risiko yang memicu kondisi ini meliputi:

  • Riwayat keluarga dengan hipertensi
  • Usia di atas 65 tahun
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Kurang aktivitas fisik dan pola makan tinggi garam
  • Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
  • Penyakit penyerta seperti diabetes atau gangguan ginjal

Buku Hypertension and You menjelaskan bahwa faktor gaya hidup memiliki pengaruh besar dan dapat dimodifikasi untuk mencegah tekanan darah meningkat.


Dampak Serius Hipertensi Jika Tidak Ditangani

Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan tepat berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital. Berbagai komplikasi serius bisa muncul, antara lain:

  • Penyakit Jantung dan Stroke
    Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sehingga meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke yang mengancam jiwa.
  • Gagal Ginjal
    Kerusakan pembuluh darah di ginjal dapat menurunkan fungsi filtrasi, yang berujung pada gagal ginjal kronis.
  • Gangguan Penglihatan
    Retinopati akibat hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pada retina dan berisiko menyebabkan kebutaan permanen.
  • Demensia Vaskular
    Gangguan aliran darah ke otak akibat tekanan darah tinggi memicu penurunan kemampuan kognitif, termasuk risiko demensia.

Studi yang dipublikasikan dalam The Lancet Hypertension mengungkap bahwa pengendalian tekanan darah secara efektif dapat menurunkan risiko stroke hingga 35% dan penyakit jantung hingga 25%.


Metode Diagnosis Hipertensi

Diagnosis tekanan darah tinggi dilakukan melalui pengukuran dengan alat sphygmomanometer. Hasil pengukuran ini kemudian dikategorikan sebagai berikut:

  • Normal: Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
  • Meningkat: Tekanan darah antara 120–129/<80 mmHg
  • Hipertensi Tingkat 1: Tekanan darah antara 130–139/80–89 mmHg
  • Hipertensi Tingkat 2: Tekanan darah ≥140/≥90 mmHg
  • Krisis Hipertensi: Tekanan darah ≥180/≥120 mmHg, kondisi yang memerlukan penanganan medis segera.

Selain pengukuran tekanan darah, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes darah, urine, elektrokardiogram (EKG), hingga USG ginjal. Langkah ini bertujuan menilai kemungkinan kerusakan organ akibat hipertensi serta membantu menentukan langkah pengobatan yang tepat.


Pengobatan dan Perubahan Gaya Hidup untuk Atasi Hipertensi

Gaya Hidup Sehat.
Gaya Hidup Sehat/copyright freepik.com/benzoix

Penanganan hipertensi melibatkan kombinasi pengobatan medis dan modifikasi pola hidup yang harus dijalani secara konsisten, antara lain:

  • Obat Antihipertensi
    Dokter biasanya meresepkan obat-obatan seperti ACE inhibitor, ARB, beta-blocker, diuretik, atau antagonis kalsium sesuai kondisi pasien.
  • Diet Sehat
    Mengonsumsi lebih banyak buah, sayur, dan makanan rendah lemak, serta membatasi asupan garam hingga maksimal satu sendok teh per hari.
  • Olahraga Rutin
    Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan cepat atau bersepeda, sangat dianjurkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.
  • Manajemen Stres
    Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan latihan pernapasan dapat membantu menurunkan tekanan darah dan menjaga kesehatan mental.
  • Hentikan Kebiasaan Buruk
    Berhenti merokok serta membatasi konsumsi alkohol dan kafein menjadi langkah penting dalam pengendalian hipertensi.

Pengobatan hipertensi umumnya harus dijalani seumur hidup dengan pengawasan dan pemantauan tekanan darah secara rutin oleh tenaga medis.


Pencegahan Hipertensi Sejak Dini untuk Cegah Komplikasi

Upaya pencegahan hipertensi dapat dimulai sejak usia muda dengan langkah-langkah sederhana namun efektif, di antaranya:

  • Menjaga berat badan ideal agar tekanan darah tetap terkontrol
  • Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi kandungan garam dan lemak
  • Meningkatkan asupan serat serta buah dan sayuran segar dalam pola makan sehari-hari
  • Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin untuk deteksi dini
  • Mengelola stres dengan baik dan memastikan waktu istirahat yang cukup setiap hari

Strategi pencegahan ini sejalan dengan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yang menekankan pentingnya deteksi dini guna menekan angka komplikasi akibat hipertensi.