Lifestyle

YouTuber Jepang Klaim Miliki Dagu Terpanjang di Dunia, Ubah Kekurangan Jadi Ciri Khas

52
×

YouTuber Jepang Klaim Miliki Dagu Terpanjang di Dunia, Ubah Kekurangan Jadi Ciri Khas

Share this article
YouTuber Jepang Klaim Miliki Dagu Terpanjang di Dunia, Ubah Kekurangan Jadi Ciri Khas
Jonouchi (dok. Instagram @agonagasugi_/https://www.instagram.com/agonagasugi_//Naura Rizkiawan)

NewsRepublik.com, Lifestyle – Seorang YouTuber asal Jepang dengan nama panggung Jonouchi mengklaim dirinya sebagai pemilik dagu terpanjang di dunia. Keunikan fitur wajah tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri, dengan jumlah pengikut mencapai hampir 350 ribu di YouTube serta lebih dari 400 ribu di berbagai platform media sosial lainnya.

Jonouchi mengisahkan bahwa dagunya mulai tumbuh secara tidak biasa sejak usia lima tahun. Ia menyebut tak ada satu pun anggota keluarganya yang memiliki ciri fisik serupa.

Dalam foto-foto masa kecilnya, Jonouchi terlihat memiliki dagu yang tampak normal hingga usia tiga tahun. Namun, pada usia lima tahun, bentuk dagunya mulai tampak runcing dan menonjol.

Memasuki kelas lima sekolah dasar, salah satu teman sekelasnya menyoroti bentuk dagunya yang tidak biasa. Sejak saat itu, Jonouchi mulai menyadari keunikan yang dimilikinya.

Pertumbuhan tersebut sempat membingungkan dirinya. Ia mengaku rajin mengonsumsi susu setiap hari dengan harapan dapat menambah tinggi badan, namun yang terjadi justru dagunya yang terus bertambah panjang. Kondisi ini sempat menimbulkan kekhawatiran karena tubuhnya tidak berkembang seperti yang diharapkan.


Perjuangan Jonouchi Hadapi Pertumbuhan Dagu Unik yang Tak Biasa

Mengutip South China Morning Post, Kamis (17/7/2025), Jonouchi sempat menjalani konsultasi dengan dokter serta pemeriksaan rontgen di rumah sakit gigi. Para dokter mengaku terkejut dan menyatakan belum pernah menemukan kasus dagu seperti miliknya.

Penyebab pasti kondisi Jonouchi belum dapat dipastikan. Hasil rontgen menunjukkan struktur tulang yang tidak normal, namun faktor umum seperti keturunan atau konsumsi kalsium berlebihan tidak lagi dianggap sebagai penyebab utama.

Dagu yang panjang tersebut sempat menimbulkan tantangan besar selama masa kecil, terutama saat bersekolah dan menjalani kehidupan percintaan. Ia mendapat julukan “Chin” dari teman-temannya, bahkan sempat mengalami penolakan secara terbuka dari seorang gadis.

Kondisi tersebut sempat membuat Jonouchi kehilangan rasa percaya diri. Namun, ia akhirnya memutuskan untuk menerima keunikan tersebut dan menjadikannya sebagai identitas yang dikenal luas melalui media sosial.


Ubah Kekurangan Jadi Identitas yang Dibanggakan

Kini Jonouchi dengan penuh percaya diri memperlihatkan dagunya yang unik, dan berharap kisahnya dapat menginspirasi orang lain untuk menerima perbedaan masing-masing. Ia juga bercanda mengenai “kekurangan” lainnya, mengatakan, “Tinggi badan saya hanya 168 cm. Kalau ada yang bisa menambah 2 cm, saya akan sangat senang.”

Cerita Jonouchi pun menjadi perbincangan hangat di media sosial. Salah satu pengguna dari Jepang berkomentar, “Sudut dagunya sangat unik. Para arkeolog di masa depan mungkin akan mengira dia adalah spesies manusia baru.”

Pengguna lain menilai Jonouchi sebagai sosok yang baik hati, dengan alasan bahwa orang yang pernah menerima komentar menyakitkan cenderung memiliki kepribadian yang lebih baik. Sementara itu, pengguna ketiga berpesan, “Saya berharap jumlah pengikutnya bertambah, bukan panjang dagunya.”

Kisah Jonouchi juga viral di platform media sosial populer di Tiongkok dan Asia Timur. Seorang pengguna menyebut, “Mungkin dia memiliki kaitan dengan Zhu Yunwen, Kaisar Jianwen dari Tiongkok.”


Terapi Shiatsu, Rahasia Awet Muda dari Jepang

Masih dari Jepang, terdapat terapi unik yang dikenal mampu membantu menjaga awet muda, yaitu shiatsu. Melansir Brigtside, shiatsu bukan sekadar pijatan biasa, melainkan terapi tradisional Jepang dengan metode khusus.

Shiatsu berarti tekanan jari dan merupakan bentuk pijat terapeutik yang melibatkan teknik menguleni, menekan, mengetuk, meregangkan, serta menenangkan tubuh. Terapi ini berkembang sejak era 1900-an di Jepang.

Tekanan yang diberikan pada area tubuh tertentu menggunakan jari, ibu jari, dan telapak tangan diyakini memiliki berbagai manfaat kesehatan. Pijat shiatsu efektif meredakan stres dan kecemasan, nyeri otot dan sendi, kelelahan, insomnia, serta kondisi seperti linu panggul, radang sendi, dan sinusitis.

Terapi ini mengacu pada konsep qi (diucapkan “chee”), energi kehidupan dalam pengobatan tradisional Jepang. Ketidakseimbangan qi dapat memicu berbagai gejala seperti pilek, flu, sakit kepala, nyeri tubuh, dan gangguan pencernaan. Shiatsu berupaya merangsang dan menyelaraskan aliran qi di seluruh tubuh agar kesehatan terjaga dan tubuh terasa bugar.