NewsRepublik.com, Sejarah – Swiss digemparkan oleh tragedi mengerikan ketika aparat kepolisian menemukan 48 jenazah yang diyakini merupakan anggota sekte Order of the Solar Temple, dalam peristiwa dugaan bunuh diri massal.
Sekte Order of the Solar Temple dikenal sebagai kelompok berpaham mistis dan apokaliptik yang menggabungkan keyakinan tentang akhir zaman dengan ajaran Templar, konsep spiritual New Age, serta ritual okultisme, seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/10/2025).
Insiden tersebut terjadi di dua desa kecil yang sebelumnya dikenal tenang dan damai, yakni Cheiry dan Granges-sur-Salvan.
Di lokasi pertama, Cheiry, aparat awalnya menemukan jasad pemilik rumah, Alberto Giacobino (73), dalam kondisi mengenaskan—tergeletak tanpa nyawa dengan kantong plastik menutupi kepala serta luka tembak di tubuhnya.
Penelusuran lebih lanjut membawa petugas pada sebuah ruangan tersembunyi berlapis kaca cermin. Di tempat itu, ditemukan 22 jenazah mengenakan jubah ritual; sebagian dengan kantong plastik di kepala, sementara lainnya tampak dalam posisi menyerupai sikap berdoa.
Ritual Bunuh Diri Massal yang Mengejutkan Dunia
Beberapa korban ditemukan tersusun dalam formasi menyerupai bintang, dengan botol-botol sampanye berserakan di lantai. Di atas sebuah altar darurat, tampak mawar, salib, serta foto pemimpin sekte mereka, Luc Jouret.
Sementara itu, 25 jenazah lain, termasuk anak-anak, ditemukan di antara reruntuhan chalet yang hangus terbakar di Granges-sur-Salvan. Polisi menemukan tabung gas serta perangkat peledak yang diduga gagal meledak. Dari hasil penyelidikan awal, sebagian korban diyakini telah dibius atau diracuni sebelum api melalap bangunan tersebut.
Sekte Order of the Solar Temple sendiri didirikan pada tahun 1984 oleh Luc Jouret dan Joseph di Mambro. Kelompok ini menganut keyakinan apokaliptik dan mempercayai bahwa akhir dunia sudah semakin dekat. Para pengikutnya disebut mempersiapkan diri dengan berbagai ritual serta kepemilikan senjata. Di ruang ritual tempat jasad ditemukan, terlihat tulisan semboyan mereka: “Rose Eternal Cross.”
Peristiwa tragis ini segera dibandingkan dengan pembunuhan massal Jonestown di Guyana (1978) dan insiden Waco di Texas (1993). Investigasi lanjutan kemudian mengungkap bahwa sekte tersebut memiliki jaringan properti di Swiss, Prancis, dan Kanada, serta terlibat dalam aktivitas pencucian uang dan perdagangan senjata.
Tragedi berdarah ini tidak berhenti pada tahun 1994. Dalam beberapa tahun berikutnya, puluhan korban lain kembali ditemukan dalam kasus serupa yang masih terkait dengan sekte yang sama. Deretan peristiwa itu menandai salah satu episode paling kelam dalam sejarah sekte modern dunia.