NewsRepublik.com, Internasional – Duka mendalam menyelimuti Republik Afrika Tengah (CAR) setelah insiden tragis menewaskan 29 siswa yang tengah mengikuti ujian sekolah menengah. Peristiwa memilukan ini terjadi di Ibu Kota Bangui, Rabu (25/6/2025), saat ribuan pelajar mengikuti ujian akhir nasional.
Menurut laporan BBC yang dikutip Jumat (27/6/2025), kepanikan massal dipicu oleh suara ledakan dari sebuah transformator listrik di kompleks Lycée Barthélémy Boganda, lokasi ujian berlangsung. Direktur rumah sakit komunitas Bangui, Abel Assaye, menjelaskan bahwa ledakan tersebut disertai kepulan asap, menyebabkan ribuan siswa berebut menyelamatkan diri.
“Ledakan itu berasal dari lantai dasar gedung utama. Saat itu listrik baru saja kembali menyala pada trafo yang sedang dalam perbaikan,” jelas Kementerian Pendidikan dalam pernyataan resminya.
Sebanyak hampir 6.000 siswa dari lima sekolah berbeda dilaporkan hadir di lokasi untuk mengikuti ujian sarjana muda. Suasana panik yang tidak terkendali menyebabkan 29 siswa tewas terinjak-injak, dan lebih dari 280 lainnya mengalami luka-luka.
Presiden Faustin-Archange Touadéra segera menetapkan masa berkabung nasional atas tragedi ini. Ia juga menginstruksikan agar seluruh korban luka mendapatkan perawatan medis secara gratis di rumah sakit.
Menteri Pendidikan Aurelien-Simplice Kongbelet-Zimgas menyampaikan belasungkawa mendalam kepada para keluarga korban. Ia juga mengumumkan penangguhan seluruh rangkaian ujian lanjutan hingga waktu yang belum ditentukan.
“Saya menyampaikan simpati terdalam kepada keluarga para siswa yang meninggal, dan berharap mereka yang terluka segera pulih,” ujarnya.
Kesaksian Korban Selamat Tragedi Ujian di Afrika Tengah
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3182829/original/089936000_1594979071-insung-yoon-Mj6C32u_1XA-unsplash.jpg)
Magloire, salah satu korban selamat dari tragedi maut saat ujian di Republik Afrika Tengah, menceritakan momen mengerikan yang ia alami. Kepada BBC, Magloire mengaku masih syok dan tidak sepenuhnya ingat bagaimana ia bisa selamat.
“Saya bahkan tidak ingat apa yang terjadi. Kami sedang berada di ruang ujian, lalu mendengar suara keras. Sejak itu, saya linglung,” ujar Magloire. Ia mengaku kini mengalami nyeri hebat di bagian panggul, yang menyebabkannya kesulitan bergerak.
Ledakan yang memicu kepanikan massal tersebut terjadi saat para siswa sedang mengikuti ujian mata pelajaran sejarah dan geografi. Suasana ujian langsung berubah menjadi kekacauan total.
Dalam wawancaranya dengan Radio France Internationale (RFI), Magloire menuturkan bahwa pintu keluar yang sempit menjadi kendala besar bagi ribuan siswa yang panik ingin menyelamatkan diri. “Kami ingin menyelamatkan nyawa, tapi malah melihat kematian di depan mata. Terlalu banyak orang, pintunya terlalu kecil. Tidak semua bisa keluar,” katanya.
Sementara itu, RFI juga melaporkan kesaksian siswa lain yang wajahnya berlumuran darah setelah berhasil melarikan diri dengan cara memanjat keluar lewat jendela.
Sebagai latar belakang, Republik Afrika Tengah saat ini masih dilanda ketidakstabilan politik dan krisis keamanan. Pemerintah yang dipimpin Presiden Faustin-Archange Touadéra didukung oleh pasukan Rusia dalam menghadapi kelompok-kelompok bersenjata yang mengancam stabilitas nasional.