NewsRepublik.com, Sejarah – Kebakaran hebat melanda Pasar Taman Puring yang terletak di Jalan Kyai Maja Nomor 37-42, RT 007/RW 001, Kebayoran, Jakarta Selatan, pada Senin (28/7/2025) sore. Kobaran api mulai terlihat sekitar pukul 18.02 WIB, berdasarkan laporan warga sekitar.
Sebelum peristiwa kebakaran kali ini, Pasar Taman Puring juga pernah mengalami insiden serupa pada tahun 2002. Saat itu, ratusan kios di kawasan pasar yang berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ludes dilalap api sekitar pukul 03.15 WIB. Sebanyak 580 kios tercatat mengalami kerusakan parah akibat insiden tersebut.
Kebakaran diduga dipicu oleh korsleting listrik. Kondisi angin yang bertiup cukup kencang di sekitar lokasi turut menyulitkan upaya pemadaman yang dilakukan petugas.
Kobaran api pun dengan cepat merembet ke sejumlah bangunan di sekitar lokasi kejadian, termasuk di antaranya Kantor Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Baru.
Taman Puring: Pusat Perdagangan Ikonik yang Sarat Sejarah
Pasar Taman Puring, yang terletak strategis di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, merupakan salah satu pusat perdagangan ikonik yang menyimpan rekam jejak sejarah panjang dan dinamis. Perkembangannya tidak hanya merefleksikan denyut ekonomi, tetapi juga menggambarkan perubahan sosial masyarakat ibu kota dari waktu ke waktu.
Pada mulanya, kawasan ini hanyalah pangkalan oplet yang dipadati aktivitas, jauh sebelum dikenal luas sebagai sentra barang bekas. Sejak era 1960-an, area ini telah menjadi saksi perjalanan panjang Jakarta dan dinamika warganya, hingga membentuk cikal bakal pasar yang kemudian dikenal luas masyarakat.
Perubahan besar terjadi pada tahun 1983, saat Pasar Taman Puring secara resmi dibangun guna mewadahi para pedagang serta menjadi pusat jual beli yang lebih tertata. Seiring waktu, sejarah pasar ini terus bergulir, menyesuaikan diri dengan tiap fase perubahan zaman.
Awal Mula dan Dinamika Perkembangan Pasar Taman Puring

Sejarah Pasar Taman Puring bermula pada era 1960-an, ketika kawasan tersebut masih berfungsi sebagai pangkalan oplet. Di lokasi inilah para pedagang pikulan mulai mengais rezeki, membentuk fondasi awal aktivitas ekonomi yang kelak berkembang menjadi pasar tradisional. Pada masa itu, para pedagang berjualan secara sederhana dan menetap di area tersebut, menciptakan suasana khas pasar rakyat.
Baru pada tahun 1983, di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Soeprapto, kawasan ini resmi dibangun menjadi pasar. Pembangunan tersebut bertujuan menampung para pedagang barang bekas yang sebelumnya tersebar di wilayah Jakarta Selatan, sekaligus menyediakan fasilitas berdagang yang lebih terstruktur dan representatif. Di tahun yang sama, sebuah taman rekreasi turut dibangun tepat di samping pasar, menambah daya tarik dan kehidupan kawasan tersebut.
Pasar Taman Puring kini tercatat sebagai salah satu pasar legendaris di Jakarta. Dikenal telah eksis sejak tahun 1970, pasar ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu sentra perdagangan tertua di ibu kota.
Reputasi dan Keragaman Komoditas di Pasar Taman Puring

Pasar Taman Puring telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan barang loak serta produk bermerek tiruan dengan harga terjangkau, khususnya sepatu. Sejak lama, kawasan ini menjadi magnet bagi para pencari sepatu dengan harga bersahabat. Reputasi tersebut menjadikan Pasar Taman Puring sebagai destinasi favorit bagi masyarakat yang ingin mendapatkan barang berkualitas dengan anggaran terbatas.
Namun, komoditas yang tersedia di pasar ini tidak terbatas pada sepatu semata. Beragam kebutuhan lain turut diperjualbelikan, mulai dari barang elektronik, ponsel, aksesori otomotif, hingga pakaian. Tak hanya itu, Pasar Taman Puring juga dikenal sebagai salah satu sentra penjualan piringan hitam atau vinyl, yang kerap menjadi incaran para kolektor dan pecinta musik.
Pada era 1980 hingga 1990-an, nama Taman Puring sempat dikaitkan dengan konotasi negatif. Saat itu, pasar ini dikenal sebagai pusat peredaran barang hasil kejahatan atau ‘tadahan’. Namun, seiring berjalannya waktu dan penataan yang dilakukan oleh pihak berwenang, citra tersebut perlahan mulai berubah.
Dampak Krisis Moneter dan Transformasi Pasar Taman Puring

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 hingga 1998 turut memberikan dampak besar terhadap dinamika Pasar Taman Puring. Banyak warga yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) massal beralih menjadi pedagang, menjadikan kawasan ini sebagai alternatif tempat usaha yang semakin ramai, khususnya pada akhir pekan.
Dari fenomena tersebut, muncul istilah “Pasar Tunggu”, merujuk pada pedagang yang hanya membuka lapak pada waktu-waktu tertentu, terutama saat akhir pekan. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan kala itu mengambil langkah inisiatif dengan menyediakan tenda-tenda berdagang bagi masyarakat yang terdampak krisis ekonomi, mempertegas peran pasar sebagai penyangga perekonomian rakyat.
Transformasi ini mencerminkan kemampuan adaptasi Pasar Taman Puring dalam menghadapi tekanan ekonomi. Pasar ini tidak sekadar menjadi lokasi transaksi jual beli, namun turut berperan sebagai simbol ketahanan dan kreativitas masyarakat dalam menghadapi tantangan, memperkaya catatan sejarah pasar tersebut.
Insiden Kebakaran dan Kondisi Terkini Pasar Taman Puring

Sejarah panjang Pasar Taman Puring turut diwarnai oleh sejumlah insiden kebakaran yang pernah melanda kawasan tersebut. Salah satu kebakaran besar terjadi pada tahun 2002. Meski sempat meluluhlantakkan pasar, peristiwa tersebut justru menjadi momentum peremajaan dan penataan ulang yang membuat wajah pasar menjadi lebih modern dan tertata rapi.
Teranyar, pada 28 Juli 2025, Pasar Taman Puring kembali dilanda kebakaran hebat yang menghanguskan ratusan kios pedagang. Insiden tersebut menimbulkan kerugian besar bagi pelaku usaha dan menjadi pengingat akan tantangan yang masih membayangi eksistensi pasar bersejarah ini.
Kendati telah melalui berbagai fase perubahan dan tekanan, termasuk penurunan jumlah pengunjung usai pandemi COVID-19, Pasar Taman Puring tetap bertahan. Pasar ini terus menjadi saksi bisu dinamika kehidupan masyarakat Jakarta Selatan, dengan daya adaptasi yang kuat serta pesonanya sebagai salah satu pusat perdagangan legendaris ibu kota.