Politik

PSID: SBY Konsisten Tempuh Jalur Diplomasi dalam Merespons Konflik Global

15
×

PSID: SBY Konsisten Tempuh Jalur Diplomasi dalam Merespons Konflik Global

Share this article
PSID: SBY Konsisten Tempuh Jalur Diplomasi dalam Merespons Konflik Global
PSID: SBY Konsisten Tempuh Jalur Diplomasi dalam Merespons Konflik Global

NewsRepublik.com, Politik – Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi (PSID), Nazar El Mahfudzi, menilai penting bagi publik untuk mendengarkan pandangan para tokoh nasional dalam menyikapi dinamika geopolitik internasional, khususnya konflik berskala global seperti antara Israel dan Iran.

Nazar secara khusus menyoroti pandangan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkait ketegangan yang terjadi antara Israel dan Iran. Ia menilai, pendapat SBY dapat menjadi rujukan untuk masyarakat dalam memahami isu ini secara lebih objektif dan menyeluruh.

“Melalui pernyataannya di media, SBY hendak menekankan bahwa konflik ini tidak bisa dilihat secara hitam-putih,” ujar Nazar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/6/2025).

Menurut Nazar, SBY ingin menggarisbawahi bahwa Iran tidak bisa langsung dicap sebagai agresor, begitu pula Israel tidak semata-mata merupakan korban. Keduanya memiliki rekam jejak sejarah yang kompleks—baik dari sisi politik, agama, maupun pertahanan nasional—yang membentuk respons dan narasi masing-masing pihak saat ini.

“Namun, sebagaimana sering diungkapkan SBY, sejarah tidak boleh dijadikan alasan pembenar atas kekerasan yang terus berulang,” tegasnya.

Lebih lanjut, Nazar menyampaikan bahwa SBY juga menyoroti pentingnya literasi media di tengah derasnya arus pemberitaan global.

“SBY mengingatkan agar publik tidak menelan mentah-mentah narasi tunggal dari media internasional. Perlu ditanyakan, apakah media global benar-benar menyajikan keseluruhan perspektif? Apakah suara warga sipil dari kedua belah pihak terdengar, atau hanya narasi dari elit militer dan politik semata?” lanjutnya.

Ia menambahkan, SBY memiliki pemahaman yang baik mengenai medan konflik, namun tetap mengedepankan pendekatan diplomasi. Mantan Kepala Negara itu dinilai menolak segala bentuk penyelesaian sepihak. Baginya, solusi yang bersifat jangka panjang hanya bisa diwujudkan melalui dialog multilateral yang adil, bukan lewat embargo, sanksi unilateral, maupun aksi militer balasan tanpa ujung.

“Dalam masa pemerintahannya, SBY berulang kali mendorong peran aktif Indonesia di forum-forum internasional seperti PBB dan OKI sebagai jembatan perdamaian antara dunia Islam dan Barat. Kini, konsistensinya tetap terlihat dalam pernyataannya: ‘jangan diam saat kemanusiaan dilukai, tapi jangan pula membalas luka dengan peluru’,” ungkap Nazar.


Seruan untuk Berpikir Jernih

Nazar juga menyampaikan bahwa SBY mengingatkan publik tentang siapa pihak yang paling dirugikan dalam konflik bersenjata—yakni rakyat sipil. Anak-anak, perempuan, dan warga tak bersenjata menjadi korban utama dalam peperangan yang tak pernah mereka pilih.

“Pernyataan SBY juga menjadi alarm bahwa konflik hari ini tak hanya terjadi di medan perang fisik, tapi juga berlangsung dalam ruang media. Narasi, disinformasi, dan polarisasi merupakan bagian dari strategi perang, dan sebagai audiens, kita harus memiliki daya kritis untuk memilah informasi,” ujarnya.

Menurut Nazar, SBY tidak hanya menyampaikan pandangan, tetapi juga memberi pesan moral bagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dan sejarah panjang diplomasi nonblok.

“Pandangan SBY mengajak masyarakat untuk berpikir lebih jernih, menganalisis lebih dalam, dan tidak terjebak dalam pusaran propaganda global yang menyesatkan,” pungkasnya.