NewsRepublik.com, Internasional – Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman beberapa jenis senjata ke Ukraina di tengah kekhawatiran persediaan senjata negaranya mulai menipis. Hal ini disampaikan para pejabat pada Selasa (1/7/2025).
Keputusan ini menjadi kemunduran bagi Ukraina yang tengah berupaya menghadapi serangan Rusia yang semakin intensif.
Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden telah menjanjikan sejumlah amunisi kepada Ukraina untuk mendukung pertahanan dalam perang yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun. Namun, setelah tinjauan stok senjata yang tersedia, pejabat Kementerian Pertahanan AS menyampaikan kekhawatiran terhadap jumlah persediaan yang semakin berkurang.
“Keputusan ini diambil untuk mengutamakan kepentingan AS setelah dilakukan tinjauan atas dukungan dan bantuan militer negara kita terhadap negara lain di seluruh dunia,” kata juru bicara Gedung Putih Anna Kelly seperti dikutip AP. “Kekuatan Angkatan Bersenjata AS tidak perlu diragukan — cukup tanyakan pada Iran.”
Pernyataan tersebut merujuk pada serangan rudal AS terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran.
“Militer AS tidak pernah sekuat dan sesiap ini,” ujar juru bicara Pentagon Sean Parnell, sembari menambahkan bahwa paket pemotongan pajak besar-besaran dan belanja pemerintah yang tengah dibahas di Kongres menjamin modernisasi sistem persenjataan dan pertahanan AS untuk menghadapi ancaman abad ke-21 dalam beberapa generasi ke depan.
Penghentian sebagian pengiriman senjata AS ini menjadi pukulan bagi Ukraina, terutama di tengah serangan udara terbesar yang dilancarkan Rusia sejak perang dimulai.
Berita penghentian pengiriman senjata ini pertama kali dilaporkan oleh Politico.
Trump: Zelenskyy Minta Sistem Rudal Patriot untuk Ukraina
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5200165/original/056363300_1745674879-Untitled.jpg)
Hingga kini, Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer dan senjata senilai lebih dari USD 66 miliar kepada Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022.
Selama konflik berlangsung, AS secara rutin mendorong sekutu-sekutunya untuk menyediakan sistem pertahanan udara bagi Ukraina. Namun, banyak negara, terutama di Eropa Timur, enggan menyerahkan teknologi tinggi tersebut karena kekhawatiran ancaman dari Rusia.
Wakil Menteri Pertahanan Urusan Kebijakan, Elbridge Colby, mengatakan bahwa para pejabat terus mengajukan berbagai opsi solid kepada Presiden AS untuk melanjutkan dukungan militer kepada Ukraina, dengan tujuan mengakhiri perang yang tragis ini.
“Pada saat yang sama, kementerian secara ketat menelaah dan menyesuaikan pendekatannya untuk mencapai tujuan tersebut, sekaligus menjaga kesiapan pasukan AS demi prioritas pertahanan pemerintahan ini,” ujar Colby.
Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di sela KTT NATO pekan lalu dan membuka kemungkinan pengiriman lebih banyak sistem rudal pertahanan udara Patriot buatan AS ke Ukraina.
“Mereka ingin mendapatkan rudal anti-rudal, yang mereka sebut Patriot,” kata Trump. “Kita akan lihat apakah bisa menyediakan beberapa. Kita juga membutuhkannya. Kita sedang memasok ke Israel dan sistem itu sangat efektif, 100 persen efektif. Sulit dipercaya betapa efektifnya. Mereka menginginkan itu lebih dari segalanya.”
Perubahan Sikap AS dalam Konflik Ukraina?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5146297/original/071498500_1740799623-download-18.jpg)
Dalam kesaksiannya di hadapan anggota parlemen pada Juni lalu, Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengungkapkan bahwa dirinya bergerak cepat menghentikan sejumlah program yang dianggap boros dan mengalihkan pendanaan ke prioritas utama Presiden Trump.
Hegseth menilai upaya perdamaian yang dinegosiasikan antara Rusia dan Ukraina—yang selama beberapa bulan terakhir didorong oleh Trump—justru menunjukkan citra AS yang kuat. Ia juga menegaskan bahwa anggaran pertahanan mencerminkan keputusan sulit dan kenyataan bahwa Eropa harus mengambil peran lebih besar dalam menjaga pertahanan benua mereka sendiri. Menurut Hegseth, Trump layak mendapat apresiasi atas hal tersebut.
Kepada anggota parlemen, Hegseth menyatakan bahwa sebagian dana keamanan AS untuk Ukraina masih dalam proses pencairan, meski ia tidak merinci jumlah dan bentuknya. Namun, ia menegaskan bahwa bantuan besar selama dua tahun terakhir akan mengalami pengurangan.
“Pemerintahan ini memiliki pandangan berbeda terkait konflik tersebut,” ujar Hegseth. “Kami percaya penyelesaian damai melalui negosiasi adalah yang terbaik bagi kedua belah pihak dan sesuai kepentingan nasional kita.”
Perubahan pendekatan ini terjadi setelah Hegseth absen dalam pertemuan Ukraine Defense Contact Group, sebuah kelompok internasional yang dibentuk AS tiga tahun lalu untuk mengoordinasikan bantuan militer ke Ukraina. Ketidakhadiran Hegseth menandai pertama kalinya menteri pertahanan AS tidak hadir dalam pertemuan tersebut.
Di bawah kepemimpinan pendahulunya, Lloyd Austin, AS memegang peran sebagai ketua kelompok dan Austin bersama Ketua Gabungan Kepala Staf rutin menghadiri pertemuan bulanan, baik secara langsung maupun melalui konferensi video.
Sebelum benar-benar meninggalkan pertemuan, Hegseth telah melepaskan peran kepemimpinan dalam Ukraine Defense Contact Group dan menyerahkannya kepada Jerman dan Inggris.