Ekonomi

Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Uni Eropa hingga 20%, Ini Alasannya

66
×

Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Uni Eropa hingga 20%, Ini Alasannya

Share this article
Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Uni Eropa hingga 20%, Ini Alasannya
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

NewsRepublik.com, Ekonomi – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan tekanan terhadap Uni Eropa (UE) lewat tuntutan kebijakan perdagangan yang lebih agresif. Trump meminta penerapan tarif minimum sebesar 15% hingga 20% untuk seluruh produk impor dari blok tersebut.

Mengutip CNBC International, Minggu (20/7/2025), laporan Financial Times menyebut bahwa permintaan tersebut muncul setelah negosiasi perdagangan antara AS dan UE mengalami kebuntuan selama beberapa pekan. Tiga sumber yang terlibat langsung dalam proses itu menyatakan bahwa Trump meningkatkan tekanannya seiring tidak tercapainya kemajuan konkret dalam pembahasan kerangka kerja dagang baru.

Dengan tenggat waktu yang ditetapkan Trump pada 1 Agustus 2025, peluang terwujudnya kesepakatan disebut semakin kecil. Padahal, Uni Eropa sebelumnya berharap mendapatkan kesepakatan serupa dengan Inggris yang hanya mengenakan tarif dasar sekitar 10% di sejumlah sektor.

Trump menilai surplus perdagangan barang UE terhadap AS, yang mencapai 198 miliar Euro atau sekitar USD 231 miliar, menunjukkan ketidakseimbangan yang perlu dikoreksi dengan kebijakan tarif lebih ketat.

Sementara itu, pihak Uni Eropa berpendapat lain. Mereka menilai bahwa jika sektor jasa dan investasi turut diperhitungkan, maka neraca perdagangan kedua pihak sebenarnya lebih seimbang. Selain itu, UE juga menyatakan komitmen untuk meningkatkan pembelian minyak dan gas dari AS guna mengurangi defisit tersebut.


Tarif Impor Produk RI ke AS Turun ke 19%, Hasil Diplomasi Langsung Prabowo-Trump

Pemerintah Indonesia mencatat pencapaian signifikan dalam diplomasi perdagangan internasional. Setelah melalui negosiasi intensif sejak April 2025, tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat berhasil ditekan dari semula 32% menjadi hanya 19%.

Kesepakatan tersebut merupakan hasil komunikasi langsung antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Penurunan tarif ini membuka peluang besar bagi produk ekspor Indonesia, terutama sektor padat karya seperti garmen dan alas kaki, untuk lebih kompetitif di pasar AS.

Penurunan tarif tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan yang mencapai kesepakatan bilateral pasca pernyataan resmi Presiden Trump pada 7 Juli 2025. Langkah ini dipandang sebagai gebrakan awal dalam arah baru hubungan dagang RI-AS di bawah kepemimpinan Prabowo.

Negosiasi dijalankan secara intensif lewat kunjungan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan delegasi ke AS. Serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi di Washington menjadi landasan tercapainya kesepakatan tarif tersebut.

“Dengan tarif baru yang lebih rendah, produk ekspor Indonesia, khususnya dari sektor padat karya, akan memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan negara lain,” ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

Langkah ini dinilai memperkuat posisi Indonesia di tengah persaingan perdagangan global yang semakin kompetitif.


Dampak Jangka Panjang Penurunan Tarif Impor

Selain membuka peluang ekspor lebih luas, kesepakatan penurunan tarif impor ke Amerika Serikat turut memberikan kepastian bagi pelaku usaha nasional. Pemerintah menilai dampak jangka panjang dari kebijakan ini berpotensi mendorong relokasi industri ke Indonesia, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan arus investasi asing langsung.

Amerika Serikat merupakan mitra dagang strategis dan menjadi tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia setelah Tiongkok. Produk seperti garmen, alas kaki, dan komoditas unggulan seperti minyak sawit tercatat sebagai penyumbang utama ekspor ke pasar AS. Perlindungan terhadap sektor-sektor tersebut dinilai krusial, mengingat risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) yang besar jika akses pasar terganggu.

Pemerintah juga menilai kesepakatan tarif ini sebagai langkah yang adil dan seimbang. Sejumlah produk unggulan AS, termasuk energi, pertanian, peralatan mesin, hingga pesawat terbang tetap mendapatkan akses ekspor ke Indonesia. Dengan demikian, kerja sama dagang yang terjalin menciptakan hubungan saling menguntungkan bagi kedua negara.