Ekonomi

Mendag: Indonesia Akan Impor Produk Pertanian AS Senilai Rp 73 Triliun

63
×

Mendag: Indonesia Akan Impor Produk Pertanian AS Senilai Rp 73 Triliun

Share this article
Mendag: Indonesia Akan Impor Produk Pertanian AS Senilai Rp 73 Triliun
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam ekspose hasil pengawasan produk impor, telepon seluler (smartphone) dan sparepart, dan acceasoris, di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (23/7/2025).

NewsRepublik.com, Ekonomi – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa Indonesia akan mengimpor produk pertanian dari Amerika Serikat senilai USD 4,5 miliar atau sekitar Rp 73 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.295 per USD).

Kesepakatan ini merupakan bagian dari perjanjian dagang antara Indonesia dan AS, menyusul penurunan tarif impor dari 32% menjadi 19% untuk sejumlah produk.

“Iya, kita akan membeli produk pertanian senilai USD 4,5 miliar. Nantinya tentu akan dirundingkan lebih lanjut dalam bentuk perjanjian,” ujar Budi Santoso saat ditemui usai ekspose hasil pengawasan produk impor seperti ponsel, suku cadang, dan aksesori di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (23/7/2025).

Dalam pernyataan bersama (joint statement) antara kedua negara, disebutkan bahwa Indonesia akan membeli berbagai produk pertanian dari AS, termasuk kedelai, bungkil kedelai, gandum, dan kapas, dengan nilai total sekitar USD 4,5 miliar.

Tak hanya itu, Indonesia juga akan melakukan pembelian produk energi seperti LPG, minyak mentah, dan bensin dengan nilai estimasi mencapai USD 15 miliar.

Selain sektor pertanian dan energi, tercatat pula sejumlah kesepakatan komersial antara perusahaan kedua negara, termasuk pengadaan pesawat senilai USD 3,2 miliar.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia juga akan menghapus sekitar 99 persen hambatan tarif bagi produk industri, makanan, dan pertanian asal AS yang masuk ke pasar domestik.


Kemendag Siapkan Strategi Cegah Banjir Produk Impor

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mengantisipasi potensi banjir produk impor, menyusul penurunan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen sebagai bagian dari kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat.

Penurunan tarif ini dinilai sebagai peluang sekaligus tantangan, terutama bagi keberlangsungan produk dalam negeri. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan mendorong penguatan daya saing industri lokal agar tetap kompetitif di tengah derasnya arus barang impor.

“Kita akan perkuat sektor ekonomi masyarakat dan dorong penggunaan produk dalam negeri. Tujuannya agar konsumsi masyarakat tetap berpihak pada produk lokal,” ujar Budi Santoso.

Ia menegaskan, dengan kebijakan ini, pemerintah ingin memastikan bahwa produk asing yang masuk tidak serta-merta menggantikan produk dalam negeri, melainkan menjadi pemicu bagi pelaku usaha lokal untuk terus meningkatkan kualitas dan inovasi.


Indonesia Jadi Incaran Pasar Alternatif

Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan pentingnya langkah proteksi dan promosi produk dalam negeri, di tengah meningkatnya upaya sejumlah negara mencari pasar alternatif akibat hambatan ekspor mereka ke Amerika Serikat.

Menurutnya, Indonesia dengan pasar domestik yang besar menjadi target potensial bagi produk dari berbagai negara yang tengah mencari ceruk baru. Oleh karena itu, strategi perlindungan terhadap industri lokal harus berjalan seiring dengan peningkatan daya saing.

“Negara-negara lain juga melakukan hal serupa. Ketika akses mereka ke Amerika terhambat, mereka akan mencari pasar baru. Dan salah satu target utamanya tentu Indonesia karena market kita besar,” ujar Budi.

Ia juga mengungkapkan bahwa ketertarikan investor asing, termasuk dari Tiongkok, untuk berinvestasi di sektor ekspor di Indonesia semakin meningkat. Hal ini didorong oleh makin terbukanya akses Indonesia ke pasar Eropa.