NewsRepublik.com, Politik – Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menegaskan bahwa hubungan antara PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra terjalin erat secara emosional maupun personal. Meskipun sering memiliki pandangan politik yang berbeda, kedua partai dinilai tetap menjalin kedekatan yang harmonis.
Pernyataan tersebut disampaikan Muzani menanggapi ucapan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang menyebut Gerindra dan PDIP layaknya kakak dan adik dalam kancah politik nasional.
“Pernyataan tersebut mencerminkan kedekatan emosional dan hubungan personal antara PDI Perjuangan dan Partai Gerindra yang sudah terjalin cukup erat. Meski dalam banyak hal berbeda pandangan politik, keduanya memiliki banyak titik temu,” ujar Muzani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Ia menambahkan, Gerindra memandang PDIP sebagai partai yang lebih senior dalam perjuangan politik di Tanah Air. Menurutnya, Prabowo menganggap PDIP sebagai kakak asuh dalam konteks sejarah dan pengalaman politik.
“Gerindra baru menginjak usia 18 tahun, sementara PDIP jauh lebih senior. Jika ditarik ke belakang melalui PNI, maka usianya jauh lebih tua. Karena itu, Pak Prabowo menyebutnya sebagai kakak asuh dalam perjuangan,” jelas Muzani.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa hubungan antara Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tetap terjaga dengan baik, kendati saat ini berada dalam posisi politik yang berbeda. Muzani mengingatkan bahwa pada Pilpres 2009, Prabowo pernah mendampingi Megawati sebagai calon wakil presiden.
“Meski kini berada di posisi yang berbeda, hubungan personal antara Ibu Megawati dan Pak Prabowo tetap terjalin dengan sangat baik. Begitu pula dengan Ketua DPR Puan Maharani, hubungan beliau dengan Pak Prabowo serta pemerintahan juga cukup baik,” ujarnya.
Ketua MPR RI itu menambahkan, Partai Gerindra merasa sangat terbantu dengan sikap PDIP yang dinilainya akomodatif, terutama dalam kerja sama di parlemen. Ia pun tidak menutup kemungkinan adanya peluang PDIP untuk bergabung dalam pemerintahan.
“Kerja sama itu selalu mungkin terjadi. Namun untuk bergabung dalam koalisi, keputusan sepenuhnya berada di tangan kedua pemimpin, yakni Pak Prabowo dan Ibu Megawati,” kata Muzani.
Prabowo Tegaskan PDIP dan Gerindra
Presiden terpilih Prabowo Subianto menyebut Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP) sebagai partai yang memiliki hubungan layaknya kakak dan adik.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo saat menghadiri peluncuran 80.000 Koperasi Desa Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (21/7/2025), di hadapan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Partai Gerindra itu mengingatkan kembali semboyan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, bahwa bangsa Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri. Ia menegaskan, Bung Karno adalah milik seluruh rakyat Indonesia.
“Saya percaya bahwa niat kita semua adalah ingin Indonesia lebih baik, lebih sejahtera, sungguh-sungguh merdeka, dan berdiri di atas kaki sendiri. Itu semboyan proklamator sekaligus pendiri bangsa kita, Bung Karno, yang saya katakan adalah milik seluruh rakyat Indonesia,” ujar Prabowo sebagaimana disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Lebih lanjut, Prabowo menyampaikan kepada Puan Maharani—yang juga cucu Bung Karno—bahwa dirinya menganggap sang proklamator sebagai bagian dari dirinya. Bahkan, ia menyatakan memiliki pemikiran Marhaenisme yang diyakini oleh Bung Karno.
“Nuwun sewu Mbak Puan, Bung Karno itu Bapak saya juga. Mungkin kalau darah saya diambil, yang keluar Marhaen juga. Jadi sebenarnya, PDIP dan Gerindra ini adalah kakak adik,” ucap Prabowo.
PDIP Tetap Saudara
Presiden terpilih Prabowo Subianto menegaskan bahwa kehadiran partai politik di luar pemerintahan merupakan bagian dari sistem demokrasi yang sehat. Ia menyebut, meski tidak berada dalam koalisi, PDI Perjuangan (PDIP) tetap ia anggap sebagai saudara.
Menurut Prabowo, sistem demokrasi yang dianut Indonesia mengharuskan adanya pihak yang berperan sebagai penyeimbang dalam pemerintahan. Hal ini, kata dia, sesuai dengan prinsip demokrasi yang diperkenalkan oleh negara-negara Barat.
“Demokrasi kita ini diajarkan oleh negara Barat. Jadi memang tidak boleh semua partai berada dalam satu koalisi. Harus ada yang di luar, untuk mengoreksi kebijakan-kebijakan kita,” ujar Prabowo.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa perbedaan posisi politik tidak menghapus kedekatan yang terjalin. “Tapi ya, meskipun ngoreksi, tetap sedulur, tetap saudara, ya kan?” ucapnya.