NewsRepublik.com, Sejarah – Untuk pertama kalinya sejak konflik panjang yang melanda Irlandia Utara, tim inspektur internasional mengonfirmasi bahwa sejumlah besar persenjataan milik Tentara Republik Irlandia (IRA) telah diamankan secara layak. Langkah ini dipandang sebagai kemajuan krusial dalam upaya menuju rekonsiliasi dan perdamaian yang selama ini dinanti.
Dua tokoh dunia yang ditunjuk sebagai inspektur, yakni mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari dan mantan Sekretaris Jenderal ANC Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, secara langsung meninjau lokasi penyimpanan senjata milik IRA. Dalam laporan resminya, keduanya menyebut bahwa seluruh senjata dan bahan peledak telah diamankan dan tidak lagi dalam kondisi operasional.
“Kami meyakini bahwa seluruh persenjataan telah disimpan dengan aman. Ini adalah wujud komitmen nyata IRA dalam mendukung proses perdamaian,” demikian pernyataan bersama Ahtisaari dan Ramaphosa, seperti dikutip dari BBC pada Kamis (26/6/2025).
Langkah ini sekaligus menandai babak baru dalam sejarah Irlandia Utara, yang selama puluhan tahun dilanda konflik bersenjata dan ketegangan politik antara kelompok nasionalis dan loyalis.
Bertemu PM Inggris, Ahtisaari dan Ramaphosa Laporkan Hasil Inspeksi Senjata IRA
Usai melakukan inspeksi langsung ke lokasi penyimpanan senjata milik Tentara Republik Irlandia (IRA), dua inspektur internasional, Martti Ahtisaari dan Cyril Ramaphosa, bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di kediaman resmi Downing Street. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyampaikan laporan lengkap mengenai hasil pemeriksaan mereka.
Tony Blair menyambut baik laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “langkah sangat substansial di sepanjang jalan menuju perdamaian abadi.” Ia mengakui bahwa tantangan politik masih ada, namun menegaskan bahwa prospek perdamaian di Irlandia Utara berada pada titik paling menjanjikan dalam beberapa dekade terakhir.
Inspeksi senjata ini merupakan bagian dari langkah strategis yang lebih luas, menyusul keputusan IRA pada bulan Mei untuk membuka akses pemantauan internasional terhadap gudang senjata mereka. Keputusan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mendorong kembalinya pemerintahan devolusi di Irlandia Utara serta membentuk kembali eksekutif berbagi kekuasaan, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Jumat Agung (Good Friday Agreement).
Ahtisaari dan Ramaphosa juga menegaskan bahwa mereka akan melakukan inspeksi rutin ke lokasi penyimpanan demi memastikan senjata tersebut tetap aman dan tidak disalahgunakan.
Dalam misi tersebut, diyakini terdapat tiga lokasi utama penyimpanan senjata IRA yang berhasil diperiksa oleh tim inspektur internasional.
Skeptisisme dari Lawan Politik
Meski laporan inspeksi disambut positif oleh banyak pihak, tidak semua kalangan menunjukkan antusiasme yang sama. Partai Demokrat Unionist (DUP), yang sejak awal menentang Perjanjian Jumat Agung, masih menunjukkan sikap skeptis terhadap niat baik Tentara Republik Irlandia (IRA).
Anggota majelis DUP, Peter Robinson, secara terbuka meragukan ketulusan langkah tersebut dan menyebutnya tak lebih dari manuver politik.
“Ini hanyalah upaya IRA untuk berpura-pura bahwa mereka sedang melakukan sesuatu,” ujarnya, sembari mempertanyakan sejauh mana substansi nyata dari tindakan yang dilakukan kelompok tersebut.
Meskipun transparansi IRA dalam membuka akses terhadap inspeksi senjata belum menjamin terwujudnya perdamaian secara penuh, banyak pengamat menilai langkah ini sebagai tonggak penting dalam membangun kepercayaan lintas kelompok di Irlandia Utara—sebuah wilayah yang telah lama dilanda konflik dan kekerasan sektarian.
Dengan keterlibatan tokoh internasional, pengawasan yang terus berlanjut, serta dukungan penuh dari pemerintah Inggris, harapan untuk mengakhiri kekerasan politik kini semakin menguat. Meski begitu, jalan menuju perdamaian sejati masih panjang dan memerlukan komitmen berkelanjutan dari seluruh pihak terkait.