Kesehatan

Nyamuk Makin Kebal Insektisida, Ilmuwan Kembangkan Metode Baru Cegah Malaria

102
×

Nyamuk Makin Kebal Insektisida, Ilmuwan Kembangkan Metode Baru Cegah Malaria

Share this article
Nyamuk Makin Kebal Insektisida, Ilmuwan Kembangkan Metode Baru Cegah Malaria
Saat nyamuk makin kebal insektisida, ilmuwan mencari solusi baru untuk memutus rantai penyebaran malaria yang telah menewaskan 600 ribu orang tiap tahun. © Ilustrasi dibuat AI

NewsRepublik.com, Kesehatan – Selama ini, pencegahan malaria sebagian besar bergantung pada penggunaan insektisida untuk membasmi nyamuk. Namun, efektivitas metode tersebut kian menurun karena nyamuk mulai menunjukkan kekebalan. Menyikapi hal itu, ilmuwan kini tengah mengembangkan pendekatan baru guna menghentikan penyebaran penyakit mematikan ini.

Malaria tercatat menjadi penyebab kematian sekitar 600.000 orang setiap tahun di seluruh dunia, dengan anak-anak sebagai kelompok paling rentan. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi parasit Plasmodium.

Peneliti dari Amerika Serikat mengusulkan metode alternatif yang menarik. Alih-alih membunuh nyamuk, mereka berupaya memberikan obat khusus yang ditargetkan untuk membasmi parasit malaria di dalam tubuh nyamuk, sehingga rantai penularan bisa diputus tanpa merusak keseimbangan ekosistem secara signifikan.

Dilansir dari Mayo Clinic, malaria masih menjadi penyakit umum di kawasan tropis dan subtropis. Diperkirakan sekitar 290 juta orang terinfeksi malaria setiap tahunnya.

Sebagai negara tropis, Indonesia juga masuk dalam kategori endemis. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus malaria di Tanah Air mencapai 443.530 kasus pada tahun 2024.


Kenali Penyebab dan Gejala Malaria

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal dari genus Plasmodium. Parasit ini masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk betina yang telah terinfeksi.

Penularan terjadi ketika nyamuk yang sebelumnya menggigit penderita malaria kembali menggigit orang yang sehat. Parasit tersebut kemudian masuk ke aliran darah dan bergerak menuju hati, tempat mereka berkembang biak. Setelah matang, parasit kembali masuk ke aliran darah dan menginfeksi sel darah merah.

Pada tahap inilah gejala malaria mulai muncul, biasanya beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi. Penderita akan mengalami siklus serangan khas, dimulai dengan menggigil hebat, diikuti oleh demam tinggi, berkeringat, lalu suhu tubuh kembali normal.

Gejala malaria yang umum dialami antara lain:

  • Demam

  • Menggigil

  • Sakit kepala

  • Mual dan muntah

  • Diare

  • Nyeri perut

  • Nyeri otot atau sendi

  • Kelelahan

  • Napas cepat

  • Detak jantung meningkat

  • Batuk

Penting untuk mengenali gejala secara dini agar dapat segera mendapat penanganan medis yang tepat, mengingat malaria bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.


Di Beberapa Negara, Nyamuk Mulai Kebal Insektisida

Berbagai upaya pencegahan malaria terus dilakukan secara global, salah satunya melalui distribusi obat pencegahan dan kelambu berinsektisida. Cara ini selama bertahun-tahun dinilai efektif karena nyamuk penular malaria umumnya aktif di malam hari.

Dilansir dari BBC, penggunaan kelambu berinsektisida memberikan perlindungan ganda, yakni sebagai penghalang fisik dan sekaligus sebagai pembunuh nyamuk melalui lapisan kimia insektisida yang dimilikinya. Namun, efektivitas metode ini kini mulai menurun.

Di sejumlah negara, nyamuk telah mengalami resistansi atau kekebalan terhadap kandungan insektisida tersebut. Fenomena ini menjadi tantangan serius dalam upaya pemberantasan malaria secara global.

Menyikapi hal tersebut, para peneliti kini berupaya mencari pendekatan baru. Salah satunya adalah dengan menargetkan langsung parasit Plasmodium di dalam tubuh nyamuk.

“Kita belum pernah benar-benar mencoba membunuh parasit malaria di dalam tubuh nyamuk sebelumnya, karena selama ini fokus kita hanya pada membasmi nyamuknya,” ujar Alexandra Probst, peneliti dari Harvard.


Kelambu Anti-Malaria Generasi Baru

Melihat fakta bahwa nyamuk mulai kebal terhadap insektisida, para ilmuwan dunia kini tengah mengembangkan cara baru untuk mencegah penularan malaria.

Dikutip dari BBC, para peneliti telah menganalisis DNA parasit malaria untuk menemukan titik lemah saat parasit tersebut berada di dalam tubuh nyamuk.

Dari ratusan kandidat, penelitian mempersempit pilihan menjadi 22 jenis obat yang kemudian diuji pada nyamuk betina yang mengisap darah terinfeksi parasit malaria.

Hasilnya, dua jenis obat menunjukkan efektivitas 100 persen dalam membunuh parasit, berdasarkan uji laboratorium yang dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Obat ini dirancang untuk diaplikasikan pada kelambu tidur. Menurut Alexandra Probst, peneliti dari Harvard, peluang parasit lolos dari efek obat sangat kecil. “Bahkan jika nyamuknya tetap hidup setelah menyentuh kelambu, parasit di tubuhnya tetap mati, sehingga penularan tidak terjadi,” ujarnya.

Obat ini juga diklaim tahan hingga satu tahun dan berpotensi menjadi solusi yang lebih murah dan awet dibanding insektisida konvensional. Tahap selanjutnya, teknologi ini akan diuji di Ethiopia selama enam tahun guna mengukur efektivitas di lapangan.

Harapannya, kelambu di masa depan memiliki proteksi ganda—mengandung obat pembunuh parasit dan insektisida. Dengan demikian, jika satu perlindungan gagal, masih ada satu lapisan pertahanan lain yang dapat mencegah penyebaran malaria.